MENGATASI PERILAKU PESERTA DIDIK YANG
MENYIMPANG
Prinsip dasar dari teori belajar
perilaku menunjukkan bahwa perilaku peserta didik yang bermasalah (menyimpang)
di dalam kelas perlu diatasi melalui penggunaan berbagai penguatan
(reinforcer). Perilaku menyimpang di sini berarti perilaku yang di luar moral
dan etika peserta didik dalam proses belajar di kelas. Dalam hal ini kita harus
dapat menerapkan bentuk penguatan yang sesuai dengan jenis perilaku menyimpang
dari siswa itu sendiri. Bentuk penguatan yang umum terjadi di dalam kelas
adalah berupa perhatian, yang berasal dari pihak guru dan atau sesama peserta
didik (peer group).
Banyak macam-macam penguatan sekaligus
persoalan yang kalau tidak diperhatikan atau digunakan dengan baik dapat mempengaruhi
dan menyebabkan peserta didik berperilaku menyimpang di dalam kelas. Pertama
adalah keinginan peserta didik untuk memperoleh perhatian dari guru (teacher's
attention), kedua ialah untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan dari rekannya
sesama peserta didik (peers' attention) , sedangkan yang ketiga merupakan upaya
menghindar dan mencegah dari situasi kelas yang membosankan, monoton,
kelelahan, atau jenis situasi lainnya yang kurang menyenangkan (release from
unpleasant activities).
1.
Perhatian guru (teacher's attention)
·
Terkadang peserta didik berperilaku
nyentrik atau menyimpang oleh karena ia ingin mendapat perhatian dari gurunya,
jadi seorang pendidik memandang perilaku peserta didik yang aneh-aneh tersebut
sebagai tindakan yang normal dan wajar.
· Berikan perhatian kepada peserta didik
yang mengerjakan tugas atau berperilaku baik dengan cara memberikan hadiah atau
pujian yang tulus, sedangkan bila berperilaku sebaliknya abaikan atau pura-pura
tidak memperhatikan peserta didik yang melakukan perbuatan tersebut.
· Bila dengan cara mengabaikan peserta
didik masih belum (kurang) berhasil, maka lakukan "time-out" atau
“Punishment”, yaitu dengan ganjaran atau hukuman yang sifatnya edukatif dan
menimbulkan efek jera seperti ; memberikan sanksi menulis, merangkum, atau
sanksi-sanksi lain yang memiliki dasar untuk mendidik.
2.
Perhatian siswa (peers' attention)
·
Dorongan, dukungan, dan motivasi dari
rekan-rekannya dapat membuat peserta didik berperilaku menyimpang, perilaku
tersebut bisa muncul dikarenakan fantasi, impian, atau imajinasi yang tidak
logis dari pemikiran peserta didik, perbuatan tersebut janganlah diabaikan dan dibiarkan
karena akan dapat mempengaruhi pola pikir peserta didik lainnya.
·
Setidaknya ada dua cara dalam menghadapi
peserta didik yang berperilaku aneh-aneh karena dukungan dari rekannya, yakni
dengan memindahkan posisi atau tempat duduk peserta didik tersebut dari yang
lainnya, sedangkan yang kedua adalah dengan menerapkan strategi "group
contigencies" yaitu dengan cara menawarkan atau memberikan hadiah dan keuntungan
(reward) yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh kelas berdasarkan sikap atau
perilaku peserta didik yang diinginkan oleh guru. Bila ada seorang peserta
didik saja melakukan kekeliruan maka dampaknya seluruh kelas tidak akan
memperoleh hadiah tersebut. Misalnya, seluruh siswa akan memperoleh tambahan
waktu istirahat 5 menit apabila tidak ada seorang siswa pun yang berbuat
kesalahan di dalam kelas.
3.
Menghindari situasi tidak menyenangkan
·
Peserta didik yang merasa bosan, jenuh,
lelah di dalam kelas dapat mendorongnya berperilaku menyimpang, hal tersebut
sangat wajar dan guru wajib menanggapi hal tersebut dengan normal dan tidak
berprasangka terhadap peserta didik.
·
Cara mengatasi masalah ini diantaranya
memperbaiki strategi pembelajaran di kelas, misalnya dengan menggunakan metode
belajar bersama (cooperative learning) yang membuat peserta didik terlibat
secara aktif, langsung, dan dinamis dalam belajar. Misalnya, diskusi kelompok,
pemecahan masalah, dan masih banyak yang lainnya.
·
Gunakan pula penghargaan dan atau
hadiah-hadiah ringan misalnya dengan memberikan pujian dan sanjungan bagi
peserta didik yang melakukan atau menanggapi tugas dengan baik. Akan tetapi
cara ini kurang efektif bila diterapkan bagi peserta didik yang tingkat
pencapaian tugasnya rendah (low-achieving student), pada kasus ini guru perlu
memberikan bimbingan belajar yang khusus.
PRINSIP-PRINSIP
MODIFIKASI PERILAKU
Modifikasi perilaku sejalan dengan
strategi "group contingency" yang merupakan suatu strategi
memodifikasi atau merubah perilaku siswa dari yang kurang baik menjadi lebih
baik.
Sekurang-kurang terdapat tiga indikasi diperlukannya menerapkan strategi modifikasi perilaku atau "group contigency" yaitu: bila dalam satu kelas masih terdapat beberapa siswa yang berperilaku menyimpang, kedua ketika perilaku menyimpang tersebut mendapat dukungan dari rekan-rekannya, serta apabila di dalam kelas terdapat banyak siswa yang rendah motivasinya maupun dalam penyelesaian tugas-tugasnya. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan strategi ini adalah sebagai berikut:
Sekurang-kurang terdapat tiga indikasi diperlukannya menerapkan strategi modifikasi perilaku atau "group contigency" yaitu: bila dalam satu kelas masih terdapat beberapa siswa yang berperilaku menyimpang, kedua ketika perilaku menyimpang tersebut mendapat dukungan dari rekan-rekannya, serta apabila di dalam kelas terdapat banyak siswa yang rendah motivasinya maupun dalam penyelesaian tugas-tugasnya. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan strategi ini adalah sebagai berikut:
1.
Identifikasi sasaran perilaku (yang
menyimpang) dan identifikasi bentuk penguatan.
Pada
langkah ini guru perlu mengidentifikasi asal mula jenis-jenis perilaku
menyimpang dan melihat kemungkinan menerapkan bentuk-bentuk penguatan dalam
mengatasi perilaku tersebut. Misal, bila siswa menunjukkan kebolehannya bermain
akrobat (sirkus) di dalam kelas, maka dapat disimpulkan bahwa perilakunya itu memperoleh
dukungan dan rekan-rekannya. Sedangkan seandainya seorang siswa keluar kelas
tanpa permisi atau sering menolak tugas tanpa terlebih dahulu berupaya untuk
melakukannya, maka perilaku ini mengindikasikan siswa memerlukan lebih banyak
perhatian guru.
2.
Menetapkan batasan dari perilaku
menyimpang tersebut.
Hal ini
dapat dilihat dari frekuensi perilaku menyimpang yang dilakukan siswa, misal
berapa kali seorang siswa keluar ruangan tanpa permisi atau bila satu jenis
perilaku siswa mengganggu rekan lainnya, maka perlu ditetapkan bentuk perilaku
apa yang mengganggu tersebut (apakah berbisik-bisik, mengambil barang milik
rekannya atau melakukan interupsi/menyela pembicaraan).
3.
Menentukan bentuk penguatan (reinforcer)
dan kriteria pelaksanaan penguatan (reinforcement).
Bentuk penguatan haruslah konsisten diberikan terhadap perilaku siswa yang baik (sesuai harapan) pada saat permulaan dari program modifikasi perilaku ini. Kemudian pemberian penguatan itu dikurangi secara bertahap tatkala perkembangan perilakunya sudah dapat dinilai meningkat lebih baik. Dalam program modifikasi perilaku ini hukuman (punishment) sedapat mungkin dihindari, karena hanya membuat situasi menjadi tidak kondusif bagi tercapainya suasana kelas yang menyenangkan. Hukuman hanya dilakukan dalam kondisi terpaksa dan tak ada jalan lain lagi untuk mengatasi masalah perilaku tersebut.
Bentuk penguatan haruslah konsisten diberikan terhadap perilaku siswa yang baik (sesuai harapan) pada saat permulaan dari program modifikasi perilaku ini. Kemudian pemberian penguatan itu dikurangi secara bertahap tatkala perkembangan perilakunya sudah dapat dinilai meningkat lebih baik. Dalam program modifikasi perilaku ini hukuman (punishment) sedapat mungkin dihindari, karena hanya membuat situasi menjadi tidak kondusif bagi tercapainya suasana kelas yang menyenangkan. Hukuman hanya dilakukan dalam kondisi terpaksa dan tak ada jalan lain lagi untuk mengatasi masalah perilaku tersebut.
4.
Menentukan bentuk hukuman dan kriteria
pelaksanaan hukuman, bila diperlukan.
Apabila masalah perilaku siswa cukup serius/berat, sedangkan program penguatan yang telah dirancang sedemikian rupa masih belum efektif, maka tidak ada jalan lain dalam mengatasinya kecuali menerapkan bentuk hukuman (punishment). Bentuk hukuman merupakan stimulus yang tidak menyenangkan yang setiap individu berusaha untuk menghindarinya. Namun demikian agar pelaksanaan hukuman berjalan efektif dan cukup manusiawi maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1)Gunakan hukuman secara ketat/terbatas dan seperlunya (tidak royal),(2) Jelaskan kepada siswa kenapa ia memperoleh hukuman seperti itu, (3) Sediakan pula jalan alternatif bagi siswa dalam memperoleh penguatan (untuk menjauhi hukuman),(4) Berikan penguatan dan hukuman secara proporsional, misal beri hukuman ketika siswa tidak menyelesaikan tugas sementara itu beri penguatan ketika siswa berhasil melaksanakan tugasnya, (5) Hindari bentuk-bentuk hukuman fisik,(6) Sesegeralah memebrikan hukuman sewaktu perilaku menyimpang tersebut mulai terjadi, jangan dibiarkan terlalu lama baru diberikan hukuman.
Apabila masalah perilaku siswa cukup serius/berat, sedangkan program penguatan yang telah dirancang sedemikian rupa masih belum efektif, maka tidak ada jalan lain dalam mengatasinya kecuali menerapkan bentuk hukuman (punishment). Bentuk hukuman merupakan stimulus yang tidak menyenangkan yang setiap individu berusaha untuk menghindarinya. Namun demikian agar pelaksanaan hukuman berjalan efektif dan cukup manusiawi maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1)Gunakan hukuman secara ketat/terbatas dan seperlunya (tidak royal),(2) Jelaskan kepada siswa kenapa ia memperoleh hukuman seperti itu, (3) Sediakan pula jalan alternatif bagi siswa dalam memperoleh penguatan (untuk menjauhi hukuman),(4) Berikan penguatan dan hukuman secara proporsional, misal beri hukuman ketika siswa tidak menyelesaikan tugas sementara itu beri penguatan ketika siswa berhasil melaksanakan tugasnya, (5) Hindari bentuk-bentuk hukuman fisik,(6) Sesegeralah memebrikan hukuman sewaktu perilaku menyimpang tersebut mulai terjadi, jangan dibiarkan terlalu lama baru diberikan hukuman.
5.
Mengamati perilaku yang terjadi selama
kegiatan implementasi strategi modifikasi perilaku dan membandingkannya dengan
batasan perilaku menyimpang yang telah ditetapkan.
Pada langkah ini perlu kiranya mengukur efektivitas dari program modifikasi ini. Biasanya program ini dapat membuahkan hasil yang baik setelah beberapa hari dilakukan. Apabila setelah seminggu belum juga menunjukkan hasil positif, maka perlu dipertimbangkan cara/sistem atau bentuk penguatan lainnya.
Pada langkah ini perlu kiranya mengukur efektivitas dari program modifikasi ini. Biasanya program ini dapat membuahkan hasil yang baik setelah beberapa hari dilakukan. Apabila setelah seminggu belum juga menunjukkan hasil positif, maka perlu dipertimbangkan cara/sistem atau bentuk penguatan lainnya.
Tatkala program modifikasi perilaku laku ini berjalan dengan baik, maka
kurangi sedikit demi sedikit frekuensi/aktivitas pelaksanaan penguatan. Sekali
program modifikasi dilaksanakan dan perilaku para siswa meningkat dengan baik
serta stabil pada tingkat tertentu, frekuensi pemberian penguatan pun bisa
mulai dikurangi. Awalnya, penguatan diberikan pada setiap kasus (kejadian),
kemudian seiring dengan berjalannya waktu penguatan diberikan lagi terhadap
kasus lainnya. Setelah itu penguatan diberikan setiap terjadi beberapa kasus.
Dengan mengurangi penguatan memungkinkan perilaku baru yang telah terbentuk
tersebut dapat berlangsung lama dan bisa memperluas perilakunya itu dalam
situasi (setting) yang berlainan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar