Pengelolaan
& Manajemen Stres
Pengelolaan stres disebut juga dengan istilah “coping”. Coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang ditaksir sebagai beban karena di luar kemampuan diri individu. Coping merupakan upaya-upaya untuk mengatasi, mengurangi, atau menoleransi ancaman yang beban perasaan yang tercipta karena stres. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi coping sebagai upaya mereduksi atau mengatasi stres adalah dukungan sosial (sosial support) dan kepribadian. Kedua faktor itu lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut.
Baca Selengkapnya → Mengelola Stres Dengan Teknik Coping
Pengelolaan stres disebut juga dengan istilah “coping”. Coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang ditaksir sebagai beban karena di luar kemampuan diri individu. Coping merupakan upaya-upaya untuk mengatasi, mengurangi, atau menoleransi ancaman yang beban perasaan yang tercipta karena stres. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi coping sebagai upaya mereduksi atau mengatasi stres adalah dukungan sosial (sosial support) dan kepribadian. Kedua faktor itu lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut.
1. Dukungan
Sosial
Dukungan
sosial dapat diartikan sebagai pemberian bantuan atau pertolongan terhadap
seseorang yang mengalami stres dari orang lain yang memiliki hubungan dekat. House
(1981) menjelaskan bahwa dukungan sosial memiliki empat fungsi, di antaranya
adalah sebagai berikut :
a.
Emotional support, yang meliputi pemberian
curahan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian.
b. Appraisal support, yang meliputi bantuan
dari orang lain untuk menilai dan mengembangkan kesadaran akan masalah yang
dihadapi.
c. Informational support, yang meliputi
nasihat dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan masalah.
d. \Instrumental support, yang meliputi bantuan
material, seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang, dan sebagainya.
2. Kepribadian
Tipe
atau karakteristik kepribadian seseorang mempunyai pengaruh yang cukup berarti
terhadap coping atau usaha mengatasi stres yang dihadapi. Di antara tipe atau
karakteristik kepribadian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Hardiness (ketabahan atau daya tahan),
hardiness dapat diartikan sebagai tipe kepribadian yang ditandai dengan sikap
komitmen, internal locus control, dan kesadaran terhadap tantangan (challenge). Internal locus control adalah dimensi kepribadian
tentang keyakinan atau persepsi seseorang bahwa keberhasilan atau kegagalan
yang dialami disebabkan oleh faktor internal (berasal dari dirinya sendiri).
Challenge adalah kecenderungan persepsi seseorang terhadap situasi, atau
tuntutan yang sulit atau mengancam sebagai suatu tantangan, (peluang) yang
harus dihadapi.
b. Optimism (optimis), optimis adalah
kecenderungan umum untuk mengharapkan hasil-hasil yang baik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa seseorang yang optimis mampu mengatasi stres secara lebih
baik.
c. Humoris, orang yang senang terhadap humor
cenderung lebih toleran dalam menghadapi situasi stres daripada orang yang
tidak senang humor (seperti orang yang bersikap kaku, dingin, pemarah).
Macam-Macam
Coping
Coping terhadap stres itu ada yang positif atau
konstruktif, dan ada juga yang negatif. Berikut penjelasan masing-masing.
1. Coping
Negatif
Menurut
Weitten Lloyd, coping negatif meliputi beberapa hal, pertama, giving up,
melarikan diri dari kenyataan, apatis, meminum-minuman keras atau mengonsumsi
obat-obatan terlarang. Kedua, agresif yaitu perilaku yang menyakiti orang lain.
Ketiga, memanjakan diri sendiri yang tidak bermanfaat. Keempat, mencela diri
sendiri sebagai respons terhadap frustrasi. Kelima, mekanisme pertahanan diri,
berfantasi, rasionalisasi, dan overcompensation.
2. Coping
Positif
Martin
dan Leccourt (1983) menemukan bahwa humor berfungsi mengurangi dampak buruk
stres terhadap suasana hati atau perasaan seseorang. Coping yang
positif-konstruktif memiliki beberapa ciri. Pertama,
menghadapi masalah secara langsung, mengevaluasi alternatif secara rasional
dalam upaya memecahkan masalah tersebut. Kedua,
menilai atau memersepsi situasi stres di dasarkan kepada pertimbangan yang
rasional. Ketiga, mengendalikan diri
(self-control) dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Coping yang
konstruktif dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan atau metode, di
antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Rational-Emotive Therapy
Terapi
rational-emotive therapy merupakan
pendekatan terapi yang memfokuskan pada upaya untuk mengubah pola pikir klien
yang irasional sehingga dapat mengurangi gangguan emosi atau perilaku yang
maladaptif (menyimpang). Menurut Albert Ellis, reaksi emosional yang bermasalah
itu bersumber dari self-talk negatif yang bernama catastrophic thinking (penilaian terhadap stres secara tidak realistis sehingga
memicu meningkatnya masalah). Pikiran-pikiran irasional itu seperti berikut :
1)
Saya harus dicintai atau dikasih sayangi
oleh semua orang.
2)
Saya harus tampil sempurna dalam setiap
keadaan.
3)
Orang lain harus memperlakukan (melayani)
saya dengan baik.
4)
Segala sesuatu harus berlangsung sesuai
dengan cara yang saya senangi.
Seseorang
yang memiliki pikiran irasional itu rentan stres. Sebab, suasana kehidupan
nyata sangat berbeda dengan sesuatu yang diinginkan.
b.
Meditasi
Meditasi
merupakan latihan mental untuk memfokuskan kesadaran atau perhatian dengan cara
nonanalisis. Melalui meditasi ini, seseorang dapat meredam atau mereduksi
kekalutan dan kekacauan emosinya.
c.
Relaksasi
Relaksasi
dapat mengatasi kekalutan emosional dan mereduksi masalah fisiologis. Herbert
Benson, seorang ahli cardiology menjelaskan langkah-langkah relaksasi, yaitu
sebagai berikut :
1)
Duduklah dengan tenang dalam posisi yang
nyaman.
2)
Tutuplah mata anda.
3)
Buatlah rileks semua otot-otot anda, mulai
dari kaki sampai wajah.
4)
Bernapaslah melalui hidung, dan
mengeluarkannya melalui mulut. Setelah anda mengeluarkan napas melalui mulut,
katakanlah “ satu ” dan seterusnya secara berulang-ulang.
5)
Lakukanlah relaksasi itu selama 10-20
menit.
d.
Mengamalkan Ajaran Agama Sebagai Wujud
Keimanan Kepada Tuhan
Kualitas
keimanan seorang manusia dapat diukur dari kualitas ibadahnya kepada Tuhan,
baik yang bersifat ibadah vertikal maupun horizontal. Seorang manusia yang taat
beribadah dan memahami makna substansi dari ibadah tersebut, maka ia cenderung
memiliki sifat-sifat pribadi yang positif (berakhlak mulia). Orang yang taat
beragama atau memiliki keimanan kepada Tuhan, mampu mengelola hidup dan
kehidupannya secara sehat, wajar, normatif, serta dapat menghadapi situasi
stres secara positif dan konstruktif.
Ada tiga upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah
atau mengatasi stres. Pertama, memahami tingkat stres dengan instrumen inventor
stres. Cara mengisinya adalah dengan melingkari angka (1) apabila anda “tidak
pernah” (TP) merasakan tindakan yang dicantumkan dalam pertanyaan. Lingkari (2)
apabila “jarang” (J), lingkari (3) apabila “kadang-kadang” (KK), lingkari (4)
apabila “sering” (S), dan lingkari (5) apabila “selalu” (SL).
Untuk mengetahui posisi atau tingkat stres anda,
jumlahkan semua angka yang anda lingkari, kemudian bandingkan skor yang
diperoleh dengan kriteria berikut.
Kedua, memahami faktor-faktor yang menyebabkan stres.
Jika posisi anda berada dalam tingkat kurang atau tidak sehat maka ini berarti
anda perlu menganalisis tentang penyebab hal itu terjadi. Dalam hal ini, anda
mengkaji faktor penyebabnya, yang mungkin bersifat internal (dari dalam diri
sendiri) atau eksternal (dari lingkungan). Setelah anda dapat melakukan langkah
berikutnya.
Ketiga, menemukan alternatif solusi stres yang
dihadapi. Jika sudah menemukan faktor penyebab stres yang anda alami, maka anda
berupaya untuk mengatasinya. Beberapa alternatif atau kiat-kiat yang dapat
dilakukan dalam upaya mencegah atau mengatasi stres itu di antaranya adalah
sebagai berikut :
a.
Mengubah persepsi negatif terhadap sesuatu.
b.
Menurunkan kadar minat atau keinginan
terhadap sesuatu.
c.
Menghilangkan pola berpikir yang irasional.
d.
Berpikir positif, tidak berburuk sangka/
prasangka buruk.
e.
Mencari dukungan sosial, memperbanyak teman
yang baik akhlaknya.
f. Mengelola kehidupan sehari-hari secara
sehat dan teratur, seperti tidur teratur dengan jumlah waktu yang cukup (bagi
orang dewasa antara 5-8 jam), makan yang cukup tidak berlebihan, bekerja yang
teratur dan tidak melebihi kemampuan, dan olahraga.
g. Merawat kesehatan diri dengan cara menjauhi
perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam agama.
h.
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan.
i.
Mengamalkan ajaran agama.