Permainan pada dasarnya memiliki
umur yang sama dengan manusia karena mana kala ada manusia maka di situ
terdapat kegiatan bermain. Untuk memahami hakikat permainan, sebelumnya cobalah
anda ingat-ingat dan bayangkan bagaimana anda bermain pada waktu kecil, pasti
menyenangkan mengingat-ingat masa-masa tersebut.
Banyak bentuk yang bisa dikatakan
bermain dan hal-hal yang dapat menjadi sebuah permainan. Pendek kata bermain
merupakan kegiatan manusia yang dilakukan oleh semua umur, bermain merupakan
sebuah konsep sehingga manusia disebut sebagai makhluk bermain (homo ludens).
Pernyataan ini dikarenakan kecenderungan pola perilaku manusia pada umumnya,
ternyata bermain merupakan kegiatan hakiki atau kebutuhan dasar pada manusia.
Pengertian dan
Tujuan Permainan
Permainan kecil bagi anak tampaknya
sering kita lihat sehari-hari, bahkan pada waktu kecil kita pernah merasakan
bagaimana suatu permainan dilakukan. Apabila kita amati, misalnya seorang anak
mengajak temannya bermain “mari kita bermain perang-perangan” dari pernyataan
tersebut kita akan mengerti bahwa anak tersebut mengajak untuk bermain suatu
permainan yang memiliki batasan dan tempat tertentu.
Permainan merupakan alat untuk
mempelajari fungsi hidup sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan yang
sebenarnya. Carl Bucher mengemukakan bahwa “permainan telah lama dikenal oleh
anak-anak dan orang tua karena mampu menggerakkan mereka untuk berlatih,
bergembira dan rileksasi”. Permainan merupakan salah satu komponen utama dalam
setiap program pendidikan jasmani, oleh karena itu setiap guru pendidikan
jasmani harus mengenal secara mendalam tentang seluk beluk permainan.
Salah satu pakar pendidikan yaitu
Johan Huizinga, mengemukakan bahwa pada hakikatnya bermain memiliki ciri-ciri
utama sebagai berikut :
1. Bermain
merupakan kegiatan yang dilakukan secara
bebas dan sukarela, namun kebebasan ini tak berlaku bagi anak-anak dan
hewan karena mereka bermain dan harus bermain karena dorongan naluri. Untuk
anak-anak, bermain sangat berguna untuk merangsang perkembangan pisik dan
mentalnya, lain dengan orang dewasa, bermain merupakan kebutuhan sepanjang
kesukaan untuk melakukannya merupakan kebutuhan.
2. Bermain bukanlah
kehidupan biasa atau yang nyata, karena jika diamati secara seksama perilaku
anak-anak selama bermain, mereka berbuat berpura-pura atau tidak sungguhan.
Namun, sebaliknya dengan gejala yang tidak sungguhan tersebut, bermain menjadi
kegiatan yang sungguh-sungguh dan dapat menyerap tenaga dan konsentrasi.
Misalnya pada anak-anak, mereka main dokter-dokteran; menganggap boneka sebagai
makhluk hidup dengan diajak bicara seolah-olah hidup, mobil-mobilan; menganggap
kursi seperti mobil sungguhan seolah-olah itu mobil yang sesungguhnya. Di
sinilah keunikan dari bermain, yaitu ada dua hal yang saling bertentangan,
“Bermain sungguh-sungguh dalam ketidaksungguhan”.
3. Bermain berbeda
dengan kehidupan sehari-hari, terutama dalam tempat dan waktu bermain selalu
bermula dan berakhir serta dilakukan di tempat tertentu. Bermain memerlukan
keteraturan, tanpa peraturan dunia permainan akan lumpuh. Unsur ketegangan
merupakan bagian yang penting dari permainan. Meskipun bermain di luar dari
penilaian baik dan buruk, namun unsur ketegangan itu sekaligus menguji
ketangguhan pemain, keberanian, keuletan, kejujuran, walaupun semua pemain
menginginkan kemenangan, akan tetapi dia harus berjuang dengan sepenuh hati dan
harus terikat dengan peraturan permainan.
4. Bermain
merupakan kegiatan yang memiliki tujuan, tujuan tersebut terdapat pada
permainan itu sendiri. Tujuan dari kegiatan itu tidak berkaitan dengan
perolehan atau keuntungan material, ciri ini lah yang membedakan antara bermain
dan bekerja. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar,
sukarela tanpa paksaan, dan tak sungguhan dalam batas waktu, tanpa ikatan peraturan.
Menyertai semua ciri tersebut, bermain mendorong pertumbuhan dan perkembangan
kelompok sosial karena dilakukan bukan hanya sendirian, tetapi juga dilakukan
dalam suasana kelompok.
Roger Collois (1955) mengulas
pandangan Huizinga tentang bermain. Berdasarkan hasil analisisnya Collois
membagi permainan menjadi empat kategori utama, yaitu agon, alea, mimikri, dan
ilinx.
1. Agon, jenis
permainan ini mencakup semua bentuk permainan yang bersifat pertandingan atau
perlombaan. Tujuan akhir dari permainan yang bersifat agon adalah mencapai
kemenangan. Oleh karena itu, perjuangan pisik, teknik, dan taktik begitu
menonjol, misalnya kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, dan lain-lain.
Tampak sekali komponen-komponen tersebut dalam permainan sepak bola, bola
basket, bulutangkis, dan sebagainya dan sejenisnya.
2. Alea, jenis
permainan ini bersifat untung-untungan dan spekulatif. Jenis permainan ini
seperti permainan dadu, kartu, rolet, dan lain-lain. Beberapa jenis permainan
yang menggunakan kartu merupakan kombinasi antara jenis permainan agon dan
alea, karena pelaku permainan selain masih menggunakan faktor keberuntungan,
para pemain berusaha memasang dan menggunakan faktor keberuntungan. Seperti
halnya dalam permainan catur, bridge, si pelaku permainan menggunakan
alasan-alasan logis dan teori untuk memainkan permainan tersebut dalam rangka
mencapai kemenangan.
3. Mimikri, jenis
permainan yang mencakup ke dalam kelompok mimikri mencakup semua bentuk
permainan yang mengandung ciri pokok, seperti yang dikemukakan Huizinga, yaitu
kebebasan, batasan waktu, dan ruang. Tersirat di dalamnya merupakan ilusi,
fantasi, imajinasi, dan interpretasi. Semua jenis permainan anak-anak cenderung
merupakan permainan dengan kepura-puraan, seperti main perang-perangan,
masak-masakan, dan memperlakukan suatu objek dengan fungsi yang lain, misalnya
boneka dianggap seperti bayi, kursi meja dianggap mobil atau sebagainya.
4. Ilinx, jenis
permainan ini mencakup semua bentuk permainan yang mencerminkan pelampiasan
keinginan untuk bergerak, berpetualang, dan dilakukan dalam wujud kegiatan yang
dinamis, misalnya jenis permainan ini adalah ; mendaki gunung, menyusuri
sungai, dan bentuk olahraga lain di alam terbuka. Jenis permainan anak-anak
seperti ; bermainan ayunan anak-anak, memanjat pohon dan sebagainya.
Permainan dikatakan sebagai
kegiatan bermain yang memiliki tujuan, tujuannya terdapat pada permainan itu
sendiri. Sebagai contoh apabila siswa di sekolah melakukan permainan dengan
dibimbing oleh guru maka tujuan dari permainan tersebut tentu saja sudah
dirancang dan direncanakan oleh guru sebelum pembelajaran dilaksanakan. Tujuan
permainan yang direncanakan oleh guru di sekolah tersebut akan sangat berbeda
bila dibandingkan dengan permainan anak yang dilakukan di sekitar rumah bersama
teman-temannya, walaupun jenis permainan dan bentuk permainannya serupa.
Beberapa tujuan yang hendak
diperoleh dari kegiatan bermain dalam suatu permainan, baik yang dilakukan di
lingkungan masyarakat, sekolah, anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua,
secara perseorangan maupun kelompok sesuai dengan jenis permainan tersebut,
yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan pengalaman gerak pada anak sehingga
semakin banyak jenis dan bentuk permainan yang dilakukan anak maka anak akan
semakin kaya pengalaman geraknya.
2. Merangsang dan meningkatkan pertumbuhan serta
perkembangan anak.
3. Menyalurkan kelebihan tenaga pada anak.
4. Memanfaatkan waktu senggang.
5. Memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani.
6. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pada anak,
terutama untuk memenuhi rasa ingin tahu anak.
7. Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor.
8. Menanamkan kerja sama, rasa sosial, dan saling
tolong-menolong.
9. Mencapai prestasi dalam suatu pertandingan.
Perlunya
Permainan Kecil bagi Anak
Permainan kecil merupakan suatu
bentuk kegiatan bermain yang sangat diperlukan oleh anak-anak. Permainan kecil
adalah suatu bentuk permainan yang tidak memiliki ketentuan yang baku, baik
mengenai peraturan permainannya, peralatan yang dipergunakan, ukuran lapangan,
maupun waktu untuk melakukannya.
Beberapa bentuk permainan yang
banyak dilakukan anak-anak, dengan mengunakan beberapa peraturan yang
sederhana, mudah dimengerti, mudah dilaksanakan, dan memiliki manfaat dalam
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak. Dalam konteks waktu senggang,
permainan juga dapat dipandang sebagai kegiatan rekreasi, yaitu suatu kegiatan
dalam upaya memanfaatkan waktu senggang yang dimiliki seseorang sebagai
perimbangan dari kesibukannya melakukan aktivitas sehari-hari. Permainan
dianggap sebagai upaya untuk memperoleh kesibukan serta membangkitkan fantasi
anak-anak, di samping untuk memperoleh kegembiraan dan kepuasan bagi orang yang
melakukannya. Beberapa alasan dan argumen mengenai perlunya permainan bagi anak
dikemukakan para ahli, intinya adalah bahwa bermain merupakan kebutuhan anak
sehari-hari, seperti halnya kebutuhan makan, tidur, dan bergerak untuk memenuhi
kehidupannya.
Berikut ini dipaparkan dua alasan perlunya permainan
bagi anak :
A.
Kebutuhan
Bergerak Anak
Herbert
Spencer yang terkenal dengan teori surplus energinya mengemukakan bahwa
“permainan merupakan upaya penyaluran kelebihan tenaga pada anak-anak maupun
orang dewasa termasuk binatang”. Dengan adanya waktu senggang yang sangat
banyak di kalangan anak-anak maka mereka membutuhkan penyaluran tenaga yang
relatif berlebihan. Anak-anak belum memiliki tugas dan kewajiban sebagaimana
orang dewasa, mereka memiliki tugas untuk belajar dan mengenal lingkungannya.
Sedangkan mereka masih memiliki banyak tenaga yang belum tersalurkan. Oleh
karena itu, maka pada saat ini anak-anak perlu mendapat perhatian untuk
memenuhi kebutuhan bergerak anak.
Berbagai aktivitas pisik dilakukan anak dalam
suasana bermain. Biasanya anak yang sehat tidak mau hanya berdiam diri saja,
setiap ada kesempatan untuk bergerak maka anak akan selalu melakukan aktivitas
pisik. Baik dilakukan hanya seorang diri, apalagi ada temannya. Maka, anak
tidak akan mau diam mereka selalu ingin bergerak dan berperilaku aktif.
B.
Pemenuhan
Keinginan Anak
Bigot
mengemukakan bahwa “permainan memberikan kepuasan, kegembiraan dan kebahagiaan
dalam kehidupan anak”. Permainan dipandang sebagai alat pendidikan yang sangat
bernilai. Pada saat bermain, anak melakukan aktivitasnya dengan
sungguh-sungguh, daya imajinasi dan fantasinya berkembang, padahal mereka sebenatnya
melakukan aktivitas yang bukan sesungguhnya. Melalui kegiatan bermain dalam
suatu permainan maka keinginan anak untuk memperoleh manfaat dengan; bergerak,
berfantasi, berimajinasi, bergembira, dan berkreasi sesuai dengan minatnya
dapat terpenuhi.
Sebagai
upaya untuk memberikan kesempatan pada anak untuk memenuhi kebutuhan
bergeraknya maka selayaknya pada setiap lingkungan masyarakat harus tersedia
sarana yang memadai untuk memenuhi kebutuhan bergerak ini. Konsekuensi dari
kebutuhan bergerak anak ini maka diharapkan setiap sekolah dan lingkungan
perumahan perlu disediakan tuang publik dan taman bermain untuk memenuhi
kebutuhan anak, dan masyarakat pada umumnya.
Pengaruh
Permainan Anak Kecil bagi Anak Didik
Beberapa bentuk dan jenis permainan
kecil banyak kita jumpai terutama di kalangan anak-anak. Manfaat dari permainan
kecil ini dapat memberikan pengaruh yang positif, terutama terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak. Apabila permainan kecil dilakukan dengan baik dan sesuai
dengan kriteria tertentu, misalnya intensitas dan frekuensi bermain memadai
maka akan banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan tersebut, terutama
dapat mempengaruhi pada pertumbuhan pisik dan perkembangan mental psikologis
anak didik.
A.
Pertumbuhan
Pisik
Pertumbuhan
pisik pada masa anak-anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Puncak pertumbuhan pisik pada anak secara umum terjadi pada masa balita
dan usia 10-14 tahun. Pada usia-usia tersebut tampak adanya perubahan pada
panjang tulang dan membesar, penampilan pisik semakin sempurna dan
proporsional.
Melalui berbagai macam bentuk dan jenis permainan
yang mengutamakan aktivitas pisik, akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan
pisik termasuk fungsi persendian akan semakin baik, yang pada akhirnya akan merangsang
juga pertumbuhan pisik yang lebih cepat. Hal ini dapat kita amati bagaimana
anak yang aktif mengalami pertumbuhan pisik yang pesat bila dibandingkan dengan
anak yang mengalami kekurangan gerak.
B.
Perkembangan
Motorik
Perkembanagn
motorik pada masa anak-anak sangat pesat, oleh karena itu pada masa anak-anak
harus dikembangkan berbagai bentuk permainan yang mengutamakan kegiatan motorik
sehingga kemampuan motoriknya dapat berkembang dengan baik. Bentuk-bentuk
permainan yang mengutamakan kegiatan motorik di antaranya adalah; bermain
kecepatan, kelincahan, kelenturan, keseimbangan, dan sebagainya.
Kemampuan motorik merupakan gambaran dari salah satu
kecakapan dalam melakukan bermacam-macam keterampilan dasar dan aktivitas pisik
secar keseluruhan. Pada usia dini perlu diperkenalkan berbagai macam bentuk
gerak dasar permainan yang sifatnya reflektif melalui kegiatan multilateral.
Kegiatan bermain yang mengutamakan aktivitas pisik, sesuai dengan kebutuhan
bergerak anak. Hal ini akan memperkaya pengalaman gerak yang pada akhirnya juga
akan mempengaruhi kemampuan dan perkembangan motorik anak.
C.
Perkembangan
Fungsional Tubuh
Secara
fungsional, keadaan pisik anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.
Demikian pula fungsi organ-organ tubuh mengalami penyempurnaan yang cepat.
Apabila kegiatan bermain lebih banyak dilakukan melalui aktivitas pisik
diharapkan anak akan memiliki perkembangan fungsi organ-organ tubuh yang lebih
baik sehingga perkembangan pisik semakin baik.
1.
Kesegaran
Jasmani
Kesegaran jasmani adalah kemampuan fungsional
organ-organ tubuh untuk bekerja dengan baik tanpa mengalami kelelahan yang
berarti. Apabila pisik anak bugar atau sehat dinamis, anak akan mampu melakukan
segala aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, dan kelelahan
itu cepat pulih kembali. Anak yang memiliki sehat dinamis akan memiliki daya
tahan terhadap penyakit sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
sesuai dengan tugas perkembangannya.
2.
Fungsi Kognitif
Proses
dan fungsi kognitif dalam diri anak menunjukkan bagaimana otak berfungsi,
menangkap informasi, dan bagaimana menyadari, menyimpan, dan memakainya untuk
membangkitkan pola-pola tingkah laku. Proses dan fungsi kognitif sangat
berperan dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran gerak dan belajar
melalui gerak dalam olahraga permainan.
Melalui olahraga permainan, dapat dikembangkan
beberapa fungsi kognitif yang dibutuhkan dalam kehidupan. Beberapa bentuk
fungsi kognitif di antaranya adalah; ingatn atau memori, perhatian, persepsi,
konsentrasi, respons, proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, waktu
reaksi dan sebagainya.
D.
Perkembangan
Mental
Melalui
permainan dapat dikembangkan beberapa sifat positif yang akan membangkitkan
keinginan anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tugas perkembangannya.
Anak yang memiliki pengalaman bermain melalui permainan dengan aturan yang ada
maka anak akan memiliki perkembangan mental yang baik, menaati peraturan,
jujur, sportif, memiliki keberanian, sikap positif terhadap yang ada di
sekitarnya, pandai bergaul dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Sehingga
kelak dewasa diharapkan mampu dan berhasil mengarungi kehidupan yang sebenarnya
dalam masyarakat.
Pengaruh
permainan kecil dalam pembentukan sosial psikologis di antaranya, sebagai
berikut :
1.
Mengakui dan
menerima peraturan dan norma bersama.
2.
Belajar bekerja
sama, menerima pimpinan dan dipimpin.
3.
Belajar
bertanggung jawab, berkorban, dan memberikan pertolongan.
4. Mengembangkan
pengakuan terhadap orang lain sebagai diri pribadi dan rasa hidup bermasyarakat.
Pada dasarnya, bermain adalah salah
satu metode otodidak yang dimiliki oleh anak-anak untuk mereka belajar dan
menciptakan pengalaman mereka sendiri. Semestinya metode ini dapat digunakan
oleh guru maupun pendidik terutama dalam pendidikan jasmani untuk
mengoptimalkan kemampuan individual peserta didik. Pendidikan jasmani sendiri
bukan berarti isinya cuma asal bermain atau olahraga saja, namun lebih
menekankan pada bagaimana dengan bermain ini peserta didik dapat pembelajaran
yang berarti dan bermakna. Juga perlu digarisbawahi bahwa aktivitas jasmani
dapat mempengaruhi keterampilan dan wawasan peserta didik dalam proses
pendidikannya, sehingga sangat dianjurkan untuk menciptakan tujuan pembelajaran
yang sejelas mungkin.
Billahi Fii Sabillil Haq, Fastabiqul Khairat,
Wassalamualaikum Wr. Wb... !