Tantangan
Meta-Model
Landasan
Teoritis
Prinsip
penyampaian tantangan meta-model ditemukan oleh Ricard Bandler dan John Grinder
(1975), setelah mereka mempelajari secara mendalam dan meneladani kecanggihan
berwicara dua pelopor psikoterapi terkemuka, Frederick S. Perls (pelopor terapi
Gestalt) dan Virginia Satir (pelopor terapi Family System Therapy).
Bahasan
ini difokuskan pada penguasaan kecanggihan berwicara untuk dilatih dan
dipraktekkan agar menguasai konseling canggih, Learning Questions Model.
Pengkodean
(Pencatatan) Pengalaman
Pengalaman
dikodekan (dicatat) pada tingkat terdalam sebagai kode-kode neurologis (visual,
auditoris, kinestetik, olfaktoris, gustatoris) pada sistem saraf-representasi
(peta) internal pada tingkat neurologis.
Representasi
internal neurologis itu dapat pula dimaknai dan dinyatakan kembali dengan
menggunakan simbol yang disebut bahasa atau wicara-represntasi (peta)
linguistik.
Sifat
Abstrak Bahasa atau Wicara
Karena
bahasa atau wicara adalah simbol yang digunakan untuk memaknai dan
mempresentasikan pengalaman internal neurologis, maka ia bersifat abstrak.
·
Bahasa
yang sensory-specific, bersifat kurang abstrak.
·
Bahasa
yang non-sensory-specific, bersifat lebih abstrak.
Terjadinya Wicara yang Kurang Representatif
Terjadinya Wicara yang Kurang Representatif
Perlu
diketahui, otak manusia setiap detik dibebani hampir 2 juta bit (keping)
informasi, maka secara otomatis otak atau jiwa akan “mengatasi” keadaan ini
dengan menghapus (delete), memukul rata (generalisasi), dan mengubah seenak
sendiri (mendistorsi) bagian-bagian informasi tersebut.
Proses
“mengatasi” itu juga terjadi ketika manusia menerima informasi yang tidak
menyenangkan, menyakitkan, atau tidak sesuai dengan keinginannya.
Pemodelan
bahasa menghasilkan wicara yang kurang representatif proses “mengatasi” banjir
informasi yang berlangsung secara sadar itu disebut juga pemodelan bahasa,
umumnya terdiri dari tiga macam proses : 1.) Distortion, 2.) Generalization,
3.) Deletion.
Tiga
Proses Utama Pemodelan Bahasa
1.
Distortions
·
Nominalization
·
Mind-Read
·
Cause-Effect
·
Complex
Equivalence
·
presupposition
2.
Generalizations
·
Universial
Quantifiers
·
Modal
Operators
·
Lost
Performative
3.
Deletions
·
Simple
Deletions
·
Comparative
Deletions
·
Lack
of Referential Index (unspecified nouns)
·
Unspecified
Verbs
Distortions
a.
Nominalization
Membekukan proses, pergerakkan,
tindakan, gagasan, pemahaman, dan konsep dalam satu kata yang seolah-olah
adalah kata benda (nomina) yang representatif.
Contoh kata-kata produk
nominalization : pendidikan, penyakit, disiplin, persahabatan, keputusan,
cinta, ketakutan, strategi, dan sensasi.
Secara linguistik, nominalization
dapat diartikan sebagai mengubah sesuatu proses tingkat struktur dalam (misalnya
: pergerakkan, tindakan, dll.) menjadi peristiwa statis pada struktur
permukaan.
Tanggapan yang perlu disampaikan
berupa ajakan untuk mengubah kata benda menjadi kata kerja, untuk memulihkan
proses, tindakan, pergerakkan, dll.
Contoh kalimat yang mengandung
nominalization dan tanggapan yang perlu disampaikan :
“hubungan saya dengan dia buruk”
= “ bagaimana anda melangsungkan
hubungan yang buruk itu.?
= “ bagaimana anda bisa begitu
sanggup menjalani hubungan seperti itu.?
= “ apa yang membuat anda mampu
bertahan dengan hubungan seperti itu.?
Contoh ungkapan yang mengandung
nominalization :
“hubungan saya buruk”
“perilakunya tidak bisa diterima”
“dia tidak memiliki rasa hormat pada
saya”
“sistem pendidikan kita amburadul”
“komunikasi merupakan masalah dalam
perkawinan kami”
“manajemen telah membuat keputusan
yang keliru”
b.
Mind-Read
Menyatakan mengetahui pikiran,
motif, maksud dan pengalaman internal orang lain, padahal sesungguhnya hal ini
hanya cerminan atau proyeksi dari pengalaman internal pewicara. Contoh
kalimatnya :
“saya mengetahui dengan tepat apa
yang ia rasakan”
Mind-read dapat ditanggapi dengan
pernyataan :
“bagaimana anda mengetahui ...?”,
atau
“bagaimana detailnya (terinci) anda
dapat mengetahui ...?”
Tanggapan itu disampaikan untuk
mengajak pewicara mempertanyakan asumsi yang ia gunakan, untuk menemukan sumber
yang sebenarnya, dan untuk menemukan proses yang berlangsung.
Contoh ungkapan yang mengandung
mind-read :
“dia tahu lebih banyak”
“saya yakin ia menyadarinya”
“saya tahu dia tidak peduli”
“dapat ku tegaskan bahwa ia tidak
menyukaiku”
“mereka tidak tertarik”
“saya tahu kamu bingung”
c.
Cause-Effect
Menyatakan hubungan sebab-akibat
tanpa deskripsi yang memadai, sehingga menjadi begitu sempit dan terbatas,
namun dianggap berlaku sepenuhnya, tanpa kemungkinan atau pilihan lain.
Kata-kata yang mengindikasikan
cause-effect :
Karena, menjadikan, membuat, dengan
demikian, jika, karena, maka.....
“dia membuatku bingung”
Ungkapan yang mengandung
cause-effect perlu ditanggapi dengan pertanyaan tentang proses, untuk
mengetahui perincian peristiwa atau mekanisme yang menerangkan penyebab, dan
untuk memperluas.
Contoh ungkapan yang mengandung cause-effect
beserta tanggapan yang perlu disampaikan :
“dia membuatkuku marah”
= “bagaimana mungkin perbuatannya
membuatmu marah?.”
= “perbuatannya yang bagaimana yang
membuatmu marah.?”
= “saya tidak dapat mengerjakan
tugas ini karena depresi.?”
Contoh ungkapan yang mengandung
cause-effect :
“saya terlambat karena kamu”
“jika anda percaya pada saya, saya
dapat melakukannya”
“anda menjadikan saya merasa...”
“karena kamulah saya tidak lulus”
“saya tidak dapat melakukannya
karena saya bodoh”
d.
Complex
Equivalence
Menggunakan bagian dari suatu
pengalaman (suatu aspek dari pengalaman eksternal) sebagai sesuatu yang sama
maknanya (equivalent) dengan makna keseluruhan pengalaman tersebut (keseluruhan
pengalaman individu).
Suatu isyarat eksternal digunakan untuk
memaknai keseluruhan pengalaman. Menyamakan perilaku eksternal tertentu dengan
pengalaman internal.
“pagi ini dia tidak mengatakan cinta
padaku... dia memang sudah tidak cinta lagi”
Konstruk complex equivalence
ditandai dengan penggunaan kata : berarti, sama dengan, maka.
Perlu ditanggapi dengan
mempertanyakan bagaimana perinciannya (secara spesifik) suatu aspek pengalaman
eksternal dapat memiliki makna yang sama dengan keseluruhan pengalaman
internal.
Contoh ungkapan yang mengandung
complex equivalence beserta tanggapan yang perlu disampaikan :
“kerenyitan keningnya menandakan dia
menolakku”
= “pernahkah anda dapat menyamakan
kernyitan dan perasaan ditolak?”
= “adakah hubungan antara kernyitan
dengan perasaan ditolak?”
Contoh ungkapan yang mengandung complex
equivalence :
“wajahnya memerah, itu berarti dia
marah”
“keberadaanmu di sini berarti kamu
akan berubah”
“tidur lebih awal maka anda akan
lebih waspada”
“baca dengan seksama, maka anda akan
mengerti”
“dengan duduk di kelas ini, anda
belajar banyak”
e.
Presupposition
Menjadikan suatu asumsi sebagai
kebenaran. Konstruknya mirip dengan read-mind, namun tanpa frase “saya tahu”.
Setiap bahasa yang bersifat
non-sensory specific mengandung presupposition.
“pada dasarnya setiap manusia itu
cinta damai”
Presupposition bisa berefek positif,
namun ada pula yang negatif, terutama jika yang diawali dengan kata ; mengapa,
jika, andaikan.
“mengapa dia tidak bekerja lebih
keras, padahal ini kesempatan bagus”
(ini mengandung presupposition. “dia
tidak bekerja keras”)
“seandainya saja dia mau berusaha,
pasti sukses”
(ini mengandung presupposition. “dia
tidak mau berusaha”)
Tanggapan yang perlu disampaikan
berupa upaya mempertanyakan asumsi untuk mendapatkan kejelasan, terutama dengan
mempertanyakan bagaimana pewicara menerangkan secara terperinci (spesifik)
bahwa asumsi itu tepat.
Contoh ungkapan yang mengandung
presupposition berikut tanggapan yang perlu diberikan :
“jika dia tahu pentingnya sekolah,
dida akan belajar lebih rajin”
= “apa yang menjadikan anda mengira
bahwa dia tidak mengetahui pentingnya sekolah?”
= “bagaimana anda tahu bahwa dia
tidak rajin belajar?”
= “bagaimana anda yakin bahwa dia
tidak tahu pentingnya sekolah?”
Generalizations
a.
Universal
Quantifiers
Menyampaikan pernyataan yang memukul
rata, biasanya dengan menggunakan kata : semuanya, setiap, tidak pernah, tidak
seorangpun, selalu, dll.
Mengandung kemutlakan, tidak memberi
ruang untuk kekecualian. Menggeneralisasi suatu partikulasi untuk keseluruhan hal
tanpa referensi yang jelas dan tepat.
“semua laki-laki itu tidak setia”
(digeneralisasikan dari suatu
pengalaman partikular ketidaksetiaan laki-laki)
Tanggapan yang perlu diberikan
berupa upaya mempertanyakan pemukulrataan itu, atau menyampaikan contoh
kekecualian, untuk mengungkapkan penyebab, perincian proses, dan kekecualian.
Dapat dilakukan dengan mengulang
pertanyaan pewicara dengan nada tanya, misalnya seperti berikut :
“semua perilakuku buruk”
= “semua.?”
= “sepanjang setahun ini, adakah
saat-saat anda menampilkan perilaku yang baik.?”
= “tentu ada saat di mana anda
melakukan kebaikan, kapan anda melakukan hal itu.?”
Contoh ungkapan yang mengandung
universal quantifier.
“semua orang munafik”
“setiap politikus itu pembohong”
“tidak ada seorangpun yang sempurna”
“siapapun tahu bahwa hal ini mudah
dikerjakan”
“siapapun yang mengikuti kuliah ini
bertumbuh kembang sebagai konselor profesional”
b.
Modal
Operators
Menyatakan cara kerja yang sangat
terbatas karena pembingkaian dengan gagasan bertema : “harus/ingin” atau
“mungkin/tidak mungkin”. Ada dua macam modal operator ;
a)
Modal
Operators of Necessity/ Desire
Penggunaan modal operator of
necessity/ desire perlu ditanggapi dengan pertanyaan yang mengajak pewicara
melihat apa yang terjadi jika gagasan”harus/ ingin” atau “tidak harus/ tidak
ingin” dilanggar, untuk meluweskan cara kerja.
Contoh ungkapan yang mengandung
modal operator of necessity/ desire berikut tanggapan yang perlu diberikan :
“saya harus merawat dia”
= “apa yang terjadi jika anda
merawatnya ?”
= “apa yang terjadi jika anda tidak
merawatnya ?”
Contoh ungkapan yang mengandung
modal operator of necessity/ desire :
“saya harus berhasil !”
“saya pasti bisa !”
“saya wajib memenuhi panggilan itu”
“saya harus lulus dengan nilai
tertinggi”
“saya tidak akan pacaran sampai
lulus kuliah”
b)
Modal
Operators of Possibillity/ impossibillity
Penggunaan modal operator of
possibillity/ impossibillity perlu ditanggapi dengan pertanyaan yang mengajak
pewicara melihat apa yang terjadi jika gagasan ”dapat/ tidak dapat” atau
“mungkin/ tidak mungkin” dilanggar, untuk meluweskan cara kerja dan untuk
menjernihkan penyebab.
Terapis Fritz Perls memberikan
tanggapan meta-model untuk ungkapan :
“saya tidak bisa....”
Dengan mengatakan :
“jangan mengatakan ‘saya tidak
bisa’, katakan ‘saya tidak ingin’”
Contoh ungkapan yang mengandung
modal operator of possibillity/ impossibillity berikut tanggapan yang perlu
diberikan :
“saya tidak bisa mengatakan yang
sebenarnya kepadanya”
= “apa yang terjadi jika anda
mengatakan yang sebenarnya ?”
= “apa yang terjadi jika anda tidak
mengatakan yang sebenarnya ?”
= “apa yang menghalangi anda untuk
mengatakan hal yang sebenarnya ?”
c.
Lost
Perfomative
Menyatakan penghakiman atau
penilaian tanpa menyebutkan siapa yang melakukan penghakiman atau penilaian
itu.
Lost-perfomative perlu ditanggapi
dengan ajakan untuk mencari sumber penghakiman atau penilaian dan menghimpun
bukti.
Contoh ungkapan yang mengandung
lost-performative berikut tanggapan yang perlu diberikan :
“kualitas barang ini jelek sekali”
= “siapa yang mengatakan itu jelek
sekali ?”
= “menurut siapa itu jelek sekali ?”
= “bagaimana anda tahu itu jelek
sekali ?”
= “ukuran apa yang anda gunakan
untuk menilai itu jelek sekali ?”
Contoh ungkapan yang mengandung
lost-perfomative :
“tidak seorangpun berhak menghakimi
orang lain”
“hari ini hari yang baik”
“ini adalah kebodohan terbesar yang
telah saya lakukan dalam hidup saya”
“dia memang orang baik yang pernah
saya kenal”
Deletions
a.
Simple
Deletions
Menghilangkan bagian penting dari
gagasan, terutama tentang orang, benda, atau relasi. Simple deletions perlu
ditanggapi dengan pernyataan yang mengatasi penghilangan bagian penting dari
gagasan, biasanya dengan menanyakan ; kaitannya dengan apa atau siapa.
“saya takut”
= “takut terhadap apa ?”
= “takut dengan siapa ?”
Contoh ungkapan yang mengandung
simple deletions :
“saya tertekan”
“saya malu”
“saya benci”
“saya tidak tahu”
“saya tidak berhasil”
“saya bahagia”
b.
Comparative
Deletions
Menghilangkan bagian dari gagasan
pada saat mengungkapkan perbandingan dengan menggunakan kata-kata ; lebih baik,
lebih buruk, terbaik, terburuk, paing banyak, paling sedikit.
Bagian yang dihilangkan biasanya
adalah orang, benda, hal yang dibandingkan, atau standar (ukuran) pembanding.
Comparative deletions perlu ditanggapi dengan menyatakan pembanding itu antara
siapa dengan siapa, antara apa dengan apa, dan dilakukan dengan ukuran ap,
untuk memulihkan bagian yang dihilangkan.
Contoh ungkapan yang mengandung
comparative deletions beserta tanggapan yang perlu disampaikan :
“dia orang yang tidak baik”
= “kurang baik jika dibandingkan
dengan siapa ?”
= “kurang baik dalam hal apa ?”
= “kurang baik menurut ukuran siapa
?”
Contoh ungkapan yang mengandung
comparative deletions :
“dia murid terpandai di kelasnya”
“di kelas ini saya paling bodoh”
“saya tidak pantas mendapatkan semua
itu”
“dia paling bisa dipercaya”
c.
Lack
of Referential Index
Menyatakan suatu tindakan atau
keadaan tanpa memerinci secara jelas siapa pelakunya, dan siapa yang menerima
tindakan atau keadaan itu. Pelaku atau penerima hanya dinyatakan dalam kata
ganti seperti : seseorang, mereka, sesuatu, masyarakat, rakyat, tiada orang
...., ini, itu, dll.
Lack of referensial index perlu
ditanggapi dengan pernyataan tentang siapa atau hal yang terkait langsung
dengan tindakan atau keadaan yang dimaksudkan.
Contoh ungkapan yang mengandung lack
of referensial index beserta tanggapan yang perlu disampaikan :
“mereka tidak mendengarkan saya”
= “siapa yang tidak mendengarkanmu
?”
“itu tidak dapat dimengerti”
= “apa yang tidak dapat dimengerti
?”
Contoh ungkapan yang mengandung lack
of referensial index :
“tidak semua orang bisa
melakukannya”
“rakyat menuntut”
“seluruh dunia mendukungnya”
“setiap orang pasti tahu”
d.
Unspecified
Verbs
Menyampaikan ungkapan dengan
menggunakan kata kerja yang mewakili suatu tindakan namun tidak disertai
informasi tidak disertai informasi spesifik sehingga tindakan ini kabur, tidak
jelas, tidak spesifik, dan dengan demikian penyampaian ungkapan itu tidak
memungkinkan perbuatan representasi mental yang jelas tentang tindakan itu.
Contoh kata kerja yang digunakan
seperti ; melukai, mengacaukan, menunjukkan, memperhatikan, memprihatinkan.
“dia melukai saya”
Pada ungkapan ini, tidak jelas
apakah dia memukul orang itu, membiarkan orang itu menunggu lama di pasar, atau
menghina orang itu. Unspecified verbs semacam ini perlu ditanggapi dengan
mengajak pewicara menguraikan prosesnya secara terinci, misalnya dengan
pertanyaan :
“bagaimana dia melukaimu ?”
“siapa melukaimu ?”
“bagian tubuhmu yang mana yang
dillukai ?”
Contoh ungkapan yang mengandung
unspecified verbs beserta tanggapan yang perlu disampaikan :
“dia tidak memedulikanku”
= “dapatkah kamu perjelas bagaimana
dia tidak memedulikanmu ?”
= “tidak memedulikan seperti apa
maksudmu ?”
= “bisa dijelaskan dengan cara apa
dia tidak memedulikanmu ?”
Contoh ungkapan yang mengandung
unspecified verbs :
“dia menggangguku”
“saya membuktikannya”
“saya memprihatinkan keadaannya”
“dia menunjukkan siapa dirinya”
KESIMPULAN
Sering
kali ungkapan-ungkapan konseli tidak lengkap atau berdistorsi, ibarat puzzle
yang belum lengkap dan belum tepat. Konselor perlu melengkapi puzzle dan
memperbaiki bagian-bagian yang berdistorsi, bukan dengan ‘mengarang’, bukan
pula dengan ‘mengisi bagian-bagian yang kosong dan memperbaiki bagian-bagian
yang berdistorsi dengan pikirannya sendiri’.
Meta
Model berangkat dari sebuah asumsi bahwa yang namanya kata-kata adalah
merupakan surface structure dari deep structure yang dimiliki
oleh seseorang. Dengan kata lain, kata-kata adalah sebuah simbol yang mewakili
apa yang sebenarnya ada dalam benak sang pengucap. Karena fungsinya mewakili,
maka ia tidak akan pernah sama dengan yang diwakili, yakni isi yang ada di
benak sang pengucap tadi, alias deep structure. Deep structure
sendiri sebenarnya juga merupakan sebuah simbol, yaitu simbol dari pengalaman
asli yang dialami oleh seseorang.
Hal
yang perlu konselor lakukan adalah menanggapi ungkapan-ungkapan konseli dengan
tanggapan-tanggapan meta-model kontekstual dan relevan. Dengan cara itu,
konselor mengajak dan membimbing konseli untuk melengkapi dan memperbaiki
sendiri ungkapan-ungkapan kisahnya.
Konselor
dan calon konselor perlu menguasai keterampilan menyampaikan tanggapan
meta-model melalui latihan intensif dalam praktek konseling. Inti dari
meta-model bukan hanya menghafal situasi percakapan dalam proses konseling,
namun juga mengingat betul hal-hal apa yang sebaiknya konselor lakukan dalam
beberapa situasi yang tidak terduga.