SAATNYA DAN SELAYAKNYA ANDA MENGETAHUI

Sabtu, 27 Oktober 2012

Komunikasi Meta Model Dalam Konseling


Tantangan Meta-Model

Landasan Teoritis
    Prinsip penyampaian tantangan meta-model ditemukan oleh Ricard Bandler dan John Grinder (1975), setelah mereka mempelajari secara mendalam dan meneladani kecanggihan berwicara dua pelopor psikoterapi terkemuka, Frederick S. Perls (pelopor terapi Gestalt) dan Virginia Satir (pelopor terapi Family System Therapy).
   Bahasan ini difokuskan pada penguasaan kecanggihan berwicara untuk dilatih dan dipraktekkan agar menguasai konseling canggih, Learning Questions Model.


Pengkodean (Pencatatan) Pengalaman
Pengalaman dikodekan (dicatat) pada tingkat terdalam sebagai kode-kode neurologis (visual, auditoris, kinestetik, olfaktoris, gustatoris) pada sistem saraf-representasi (peta) internal pada tingkat neurologis.
Representasi internal neurologis itu dapat pula dimaknai dan dinyatakan kembali dengan menggunakan simbol yang disebut bahasa atau wicara-represntasi (peta) linguistik.

Sifat Abstrak Bahasa atau Wicara
Karena bahasa atau wicara adalah simbol yang digunakan untuk memaknai dan mempresentasikan pengalaman internal neurologis, maka ia bersifat abstrak.
·         Bahasa yang sensory-specific, bersifat kurang abstrak.
·         Bahasa yang non-sensory-specific, bersifat lebih abstrak.

Terjadinya Wicara yang Kurang Representatif
Perlu diketahui, otak manusia setiap detik dibebani hampir 2 juta bit (keping) informasi, maka secara otomatis otak atau jiwa akan “mengatasi” keadaan ini dengan menghapus (delete), memukul rata (generalisasi), dan mengubah seenak sendiri (mendistorsi) bagian-bagian informasi tersebut.
Proses “mengatasi” itu juga terjadi ketika manusia menerima informasi yang tidak menyenangkan, menyakitkan, atau tidak sesuai dengan keinginannya.
Pemodelan bahasa menghasilkan wicara yang kurang representatif proses “mengatasi” banjir informasi yang berlangsung secara sadar itu disebut juga pemodelan bahasa, umumnya terdiri dari tiga macam proses : 1.) Distortion, 2.) Generalization, 3.) Deletion.

Tiga Proses Utama Pemodelan Bahasa
1.      Distortions
·      Nominalization
·      Mind-Read
·      Cause-Effect
·      Complex Equivalence
·      presupposition
2.      Generalizations
·      Universial Quantifiers
·      Modal Operators
·      Lost Performative
3.      Deletions
·      Simple Deletions
·      Comparative Deletions
·      Lack of Referential Index (unspecified nouns)
·      Unspecified Verbs
Distortions
a.      Nominalization
Membekukan proses, pergerakkan, tindakan, gagasan, pemahaman, dan konsep dalam satu kata yang seolah-olah adalah kata benda (nomina) yang representatif.
Contoh kata-kata produk nominalization : pendidikan, penyakit, disiplin, persahabatan, keputusan, cinta, ketakutan, strategi, dan sensasi.
Secara linguistik, nominalization dapat diartikan sebagai mengubah sesuatu proses tingkat struktur dalam (misalnya : pergerakkan, tindakan, dll.) menjadi peristiwa statis pada struktur permukaan.
Tanggapan yang perlu disampaikan berupa ajakan untuk mengubah kata benda menjadi kata kerja, untuk memulihkan proses, tindakan, pergerakkan, dll.
Contoh kalimat yang mengandung nominalization dan tanggapan yang perlu disampaikan :
“hubungan saya dengan dia buruk”
= “ bagaimana anda melangsungkan hubungan yang buruk itu.?
= “ bagaimana anda bisa begitu sanggup menjalani hubungan seperti itu.?
= “ apa yang membuat anda mampu bertahan dengan hubungan seperti itu.?

Contoh ungkapan yang mengandung nominalization :
“hubungan saya buruk”
“perilakunya tidak bisa diterima”
“dia tidak memiliki rasa hormat pada saya”
“sistem pendidikan kita amburadul”
“komunikasi merupakan masalah dalam perkawinan kami”
“manajemen telah membuat keputusan yang keliru”

b.      Mind-Read
Menyatakan mengetahui pikiran, motif, maksud dan pengalaman internal orang lain, padahal sesungguhnya hal ini hanya cerminan atau proyeksi dari pengalaman internal pewicara. Contoh kalimatnya :
“saya mengetahui dengan tepat apa yang ia rasakan”
Mind-read dapat ditanggapi dengan pernyataan :
“bagaimana anda mengetahui ...?”, atau
“bagaimana detailnya (terinci) anda dapat mengetahui ...?”
Tanggapan itu disampaikan untuk mengajak pewicara mempertanyakan asumsi yang ia gunakan, untuk menemukan sumber yang sebenarnya, dan untuk menemukan proses yang berlangsung.

Contoh ungkapan yang mengandung mind-read :
“dia tahu lebih banyak”
“saya yakin ia menyadarinya”
“saya tahu dia tidak peduli”
“dapat ku tegaskan bahwa ia tidak menyukaiku”
“mereka tidak tertarik”
“saya tahu kamu bingung”

c.       Cause-Effect
Menyatakan hubungan sebab-akibat tanpa deskripsi yang memadai, sehingga menjadi begitu sempit dan terbatas, namun dianggap berlaku sepenuhnya, tanpa kemungkinan atau pilihan lain.
Kata-kata yang mengindikasikan cause-effect :
Karena, menjadikan, membuat, dengan demikian, jika, karena, maka.....
“dia membuatku bingung”
Ungkapan yang mengandung cause-effect perlu ditanggapi dengan pertanyaan tentang proses, untuk mengetahui perincian peristiwa atau mekanisme yang menerangkan penyebab, dan untuk memperluas.
Contoh ungkapan yang mengandung cause-effect beserta tanggapan yang perlu disampaikan :
“dia membuatkuku marah”
= “bagaimana mungkin perbuatannya membuatmu marah?.”
= “perbuatannya yang bagaimana yang membuatmu marah.?”
= “saya tidak dapat mengerjakan tugas ini karena depresi.?”

Contoh ungkapan yang mengandung cause-effect :
“saya terlambat karena kamu”
“jika anda percaya pada saya, saya dapat melakukannya”
“anda menjadikan saya merasa...”
“karena kamulah saya tidak lulus”
“saya tidak dapat melakukannya karena saya bodoh”

d.      Complex Equivalence
Menggunakan bagian dari suatu pengalaman (suatu aspek dari pengalaman eksternal) sebagai sesuatu yang sama maknanya (equivalent) dengan makna keseluruhan pengalaman tersebut (keseluruhan pengalaman individu).
Suatu isyarat eksternal digunakan untuk memaknai keseluruhan pengalaman. Menyamakan perilaku eksternal tertentu dengan pengalaman internal.
“pagi ini dia tidak mengatakan cinta padaku... dia memang sudah tidak cinta lagi”
Konstruk complex equivalence ditandai dengan penggunaan kata : berarti, sama dengan, maka.
Perlu ditanggapi dengan mempertanyakan bagaimana perinciannya (secara spesifik) suatu aspek pengalaman eksternal dapat memiliki makna yang sama dengan keseluruhan pengalaman internal.
Contoh ungkapan yang mengandung complex equivalence beserta tanggapan yang perlu disampaikan :
“kerenyitan keningnya menandakan dia menolakku”
= “pernahkah anda dapat menyamakan kernyitan dan perasaan ditolak?”
= “adakah hubungan antara kernyitan dengan perasaan ditolak?”

Contoh ungkapan yang mengandung complex equivalence :
“wajahnya memerah, itu berarti dia marah”
“keberadaanmu di sini berarti kamu akan berubah”
“tidur lebih awal maka anda akan lebih waspada”
“baca dengan seksama, maka anda akan mengerti”
“dengan duduk di kelas ini, anda belajar banyak”

e.       Presupposition
Menjadikan suatu asumsi sebagai kebenaran. Konstruknya mirip dengan read-mind, namun tanpa frase “saya tahu”.
Setiap bahasa yang bersifat non-sensory specific mengandung presupposition.
“pada dasarnya setiap manusia itu cinta damai”
Presupposition bisa berefek positif, namun ada pula yang negatif, terutama jika yang diawali dengan kata ; mengapa, jika, andaikan.
“mengapa dia tidak bekerja lebih keras, padahal ini kesempatan bagus”
(ini mengandung presupposition. “dia tidak bekerja keras”)
“seandainya saja dia mau berusaha, pasti sukses”
(ini mengandung presupposition. “dia tidak mau berusaha”)
Tanggapan yang perlu disampaikan berupa upaya mempertanyakan asumsi untuk mendapatkan kejelasan, terutama dengan mempertanyakan bagaimana pewicara menerangkan secara terperinci (spesifik) bahwa asumsi itu tepat.
Contoh ungkapan yang mengandung presupposition berikut tanggapan yang perlu diberikan :
“jika dia tahu pentingnya sekolah, dida akan belajar lebih rajin”
= “apa yang menjadikan anda mengira bahwa dia tidak mengetahui pentingnya sekolah?”
= “bagaimana anda tahu bahwa dia tidak rajin belajar?”
= “bagaimana anda yakin bahwa dia tidak tahu pentingnya sekolah?”

Generalizations
a.      Universal Quantifiers
Menyampaikan pernyataan yang memukul rata, biasanya dengan menggunakan kata : semuanya, setiap, tidak pernah, tidak seorangpun, selalu, dll.
Mengandung kemutlakan, tidak memberi ruang untuk kekecualian. Menggeneralisasi suatu partikulasi untuk keseluruhan hal tanpa referensi yang jelas dan tepat.
“semua laki-laki itu tidak setia”
(digeneralisasikan dari suatu pengalaman partikular ketidaksetiaan laki-laki)
Tanggapan yang perlu diberikan berupa upaya mempertanyakan pemukulrataan itu, atau menyampaikan contoh kekecualian, untuk mengungkapkan penyebab, perincian proses, dan kekecualian.
Dapat dilakukan dengan mengulang pertanyaan pewicara dengan nada tanya, misalnya seperti berikut :
“semua perilakuku buruk”
= “semua.?”
= “sepanjang setahun ini, adakah saat-saat anda menampilkan perilaku yang baik.?”
= “tentu ada saat di mana anda melakukan kebaikan, kapan anda melakukan hal itu.?”

Contoh ungkapan yang mengandung universal quantifier.
“semua orang munafik”
“setiap politikus itu pembohong”
“tidak ada seorangpun yang sempurna”
“siapapun tahu bahwa hal ini mudah dikerjakan”
“siapapun yang mengikuti kuliah ini bertumbuh kembang sebagai konselor profesional”

b.      Modal Operators
Menyatakan cara kerja yang sangat terbatas karena pembingkaian dengan gagasan bertema : “harus/ingin” atau “mungkin/tidak mungkin”. Ada dua macam modal operator ;
a)   Modal Operators of Necessity/ Desire
Penggunaan modal operator of necessity/ desire perlu ditanggapi dengan pertanyaan yang mengajak pewicara melihat apa yang terjadi jika gagasan”harus/ ingin” atau “tidak harus/ tidak ingin” dilanggar, untuk meluweskan cara kerja.
Contoh ungkapan yang mengandung modal operator of necessity/ desire berikut tanggapan yang perlu diberikan :
“saya harus merawat dia”
= “apa yang terjadi jika anda merawatnya ?”
= “apa yang terjadi jika anda tidak merawatnya ?”

Contoh ungkapan yang mengandung modal operator of necessity/ desire :
“saya harus berhasil !”
“saya pasti bisa !”
“saya wajib memenuhi panggilan itu”
“saya harus lulus dengan nilai tertinggi”
“saya tidak akan pacaran sampai lulus kuliah”

b)   Modal Operators of Possibillity/ impossibillity
Penggunaan modal operator of possibillity/ impossibillity perlu ditanggapi dengan pertanyaan yang mengajak pewicara melihat apa yang terjadi jika gagasan ”dapat/ tidak dapat” atau “mungkin/ tidak mungkin” dilanggar, untuk meluweskan cara kerja dan untuk menjernihkan penyebab.
Terapis Fritz Perls memberikan tanggapan meta-model untuk ungkapan :
“saya tidak bisa....”
Dengan mengatakan :
“jangan mengatakan ‘saya tidak bisa’, katakan ‘saya tidak ingin’”
Contoh ungkapan yang mengandung modal operator of possibillity/ impossibillity berikut tanggapan yang perlu diberikan :
“saya tidak bisa mengatakan yang sebenarnya kepadanya”
= “apa yang terjadi jika anda mengatakan yang sebenarnya ?”
= “apa yang terjadi jika anda tidak mengatakan yang sebenarnya ?”
= “apa yang menghalangi anda untuk mengatakan hal yang sebenarnya ?”

c.       Lost Perfomative
Menyatakan penghakiman atau penilaian tanpa menyebutkan siapa yang melakukan penghakiman atau penilaian itu.
Lost-perfomative perlu ditanggapi dengan ajakan untuk mencari sumber penghakiman atau penilaian dan menghimpun bukti.
Contoh ungkapan yang mengandung lost-performative berikut tanggapan yang perlu diberikan :
“kualitas barang ini jelek sekali”
= “siapa yang mengatakan itu jelek sekali ?”
= “menurut siapa itu jelek sekali ?”
= “bagaimana anda tahu itu jelek sekali ?”
= “ukuran apa yang anda gunakan untuk menilai itu jelek sekali ?”

Contoh ungkapan yang mengandung lost-perfomative :
“tidak seorangpun berhak menghakimi orang lain”
“hari ini hari yang baik”
“ini adalah kebodohan terbesar yang telah saya lakukan dalam hidup saya”
“dia memang orang baik yang pernah saya kenal”
Deletions
a.      Simple Deletions
Menghilangkan bagian penting dari gagasan, terutama tentang orang, benda, atau relasi. Simple deletions perlu ditanggapi dengan pernyataan yang mengatasi penghilangan bagian penting dari gagasan, biasanya dengan menanyakan ; kaitannya dengan apa atau siapa.
“saya takut”
= “takut terhadap apa ?”
= “takut dengan siapa ?”

Contoh ungkapan yang mengandung simple deletions :
“saya tertekan”
“saya malu”
“saya benci”
“saya tidak tahu”
“saya tidak berhasil”
“saya bahagia”

b.      Comparative Deletions
Menghilangkan bagian dari gagasan pada saat mengungkapkan perbandingan dengan menggunakan kata-kata ; lebih baik, lebih buruk, terbaik, terburuk, paing banyak, paling sedikit.
Bagian yang dihilangkan biasanya adalah orang, benda, hal yang dibandingkan, atau standar (ukuran) pembanding. Comparative deletions perlu ditanggapi dengan menyatakan pembanding itu antara siapa dengan siapa, antara apa dengan apa, dan dilakukan dengan ukuran ap, untuk memulihkan bagian yang dihilangkan.
Contoh ungkapan yang mengandung comparative deletions beserta tanggapan yang perlu disampaikan :
“dia orang yang tidak baik”
= “kurang baik jika dibandingkan dengan siapa ?”
= “kurang baik dalam hal apa ?”
= “kurang baik menurut ukuran siapa ?”

Contoh ungkapan yang mengandung comparative deletions :
“dia murid terpandai di kelasnya”
“di kelas ini saya paling bodoh”
“saya tidak pantas mendapatkan semua itu”
“dia paling bisa dipercaya”

c.       Lack of Referential Index
Menyatakan suatu tindakan atau keadaan tanpa memerinci secara jelas siapa pelakunya, dan siapa yang menerima tindakan atau keadaan itu. Pelaku atau penerima hanya dinyatakan dalam kata ganti seperti : seseorang, mereka, sesuatu, masyarakat, rakyat, tiada orang ...., ini, itu, dll.
Lack of referensial index perlu ditanggapi dengan pernyataan tentang siapa atau hal yang terkait langsung dengan tindakan atau keadaan yang dimaksudkan.
Contoh ungkapan yang mengandung lack of referensial index beserta tanggapan yang perlu disampaikan :
“mereka tidak mendengarkan saya”
= “siapa yang tidak mendengarkanmu ?”
“itu tidak dapat dimengerti”
= “apa yang tidak dapat dimengerti ?”

Contoh ungkapan yang mengandung lack of referensial index :
“tidak semua orang bisa melakukannya”
“rakyat menuntut”
“seluruh dunia mendukungnya”
“setiap orang pasti tahu”

d.      Unspecified Verbs
Menyampaikan ungkapan dengan menggunakan kata kerja yang mewakili suatu tindakan namun tidak disertai informasi tidak disertai informasi spesifik sehingga tindakan ini kabur, tidak jelas, tidak spesifik, dan dengan demikian penyampaian ungkapan itu tidak memungkinkan perbuatan representasi mental yang jelas tentang tindakan itu.
Contoh kata kerja yang digunakan seperti ; melukai, mengacaukan, menunjukkan, memperhatikan, memprihatinkan.
“dia melukai saya”
Pada ungkapan ini, tidak jelas apakah dia memukul orang itu, membiarkan orang itu menunggu lama di pasar, atau menghina orang itu. Unspecified verbs semacam ini perlu ditanggapi dengan mengajak pewicara menguraikan prosesnya secara terinci, misalnya dengan pertanyaan :
“bagaimana dia melukaimu ?”
“siapa melukaimu ?”
“bagian tubuhmu yang mana yang dillukai ?”
Contoh ungkapan yang mengandung unspecified verbs beserta tanggapan yang perlu disampaikan :
“dia tidak memedulikanku”
= “dapatkah kamu perjelas bagaimana dia tidak memedulikanmu ?”
= “tidak memedulikan seperti apa maksudmu ?”
= “bisa dijelaskan dengan cara apa dia tidak memedulikanmu ?”

Contoh ungkapan yang mengandung unspecified verbs :
“dia menggangguku”
“saya membuktikannya”
“saya memprihatinkan keadaannya”
“dia menunjukkan siapa dirinya”

KESIMPULAN
     Sering kali ungkapan-ungkapan konseli tidak lengkap atau berdistorsi, ibarat puzzle yang belum lengkap dan belum tepat. Konselor perlu melengkapi puzzle dan memperbaiki bagian-bagian yang berdistorsi, bukan dengan ‘mengarang’, bukan pula dengan ‘mengisi bagian-bagian yang kosong dan memperbaiki bagian-bagian yang berdistorsi dengan pikirannya sendiri’.
     Meta Model berangkat dari sebuah asumsi bahwa yang namanya kata-kata adalah merupakan surface structure dari deep structure yang dimiliki oleh seseorang. Dengan kata lain, kata-kata adalah sebuah simbol yang mewakili apa yang sebenarnya ada dalam benak sang pengucap. Karena fungsinya mewakili, maka ia tidak akan pernah sama dengan yang diwakili, yakni isi yang ada di benak sang pengucap tadi, alias deep structure. Deep structure sendiri sebenarnya juga merupakan sebuah simbol, yaitu simbol dari pengalaman asli yang dialami oleh seseorang.
     Hal yang perlu konselor lakukan adalah menanggapi ungkapan-ungkapan konseli dengan tanggapan-tanggapan meta-model kontekstual dan relevan. Dengan cara itu, konselor mengajak dan membimbing konseli untuk melengkapi dan memperbaiki sendiri ungkapan-ungkapan kisahnya.
      Konselor dan calon konselor perlu menguasai keterampilan menyampaikan tanggapan meta-model melalui latihan intensif dalam praktek konseling. Inti dari meta-model bukan hanya menghafal situasi percakapan dalam proses konseling, namun juga mengingat betul hal-hal apa yang sebaiknya konselor lakukan dalam beberapa situasi yang tidak terduga.

Tidak ada komentar: