SAATNYA DAN SELAYAKNYA ANDA MENGETAHUI

Rabu, 24 Oktober 2012

Teori Abstrak Tentang Cinta


Cinta adalah emosi dasar manusia, tetapi memahami bagaimana dan mengapa hal itu terjadi bukanlah hal yang mudah. Bahkan, untuk waktu yang lama, para ilmuwan beranggapan bahwa cinta hanyalah sebuah ilmu tidak bisa mengerti. Cinta bagaikan sebuah hal yang abstrak yang tidak terjamah namun sangat sering kita alami bahkan kita rasakan. Kadang kita ragu apakah semua itu bisa dikatakan cinta atau hal alami atau bahkan hanya ilusi. Berikut ini adalah 4 teori cinta yang menjelaskan perbedaan antara cinta, suka (menyukai) dan ikatan emosional.


1.    Cinta Romantis

Psikolog Zick Rubin menjelaskan bahwa cinta yang romantis terdiri dari tiga unsur, yakni : keterikatan (attachment), kepedulian (caring) dan keintiman (intimacy). Keterikatan adalah kebutuhan untuk menerima perhatian dan kontak fisik dengan orang lain. Kepedulian (caring) adalah kemampuan yang anda miliki untuk menghargai dan memberikan kebahagiaan untuk orang lain. Sedangkan keintiman (intimacy) mengacu pada kebutuhan untuk berbagi pemikiran, keinginan dan perasaan dengan orang lain.

Berdasarkan definisi tersebut, Rubin merancang skala tentang menyukai dan mencintai (Rubin’s Scales of Liking and Loving). Skala ini mengungkapkan apakah seseorang mencintai atau hanya sebatas menyukai. Dalam sebuah studi, Rubin meminta sejumlah responden untuk mengisi skala, berdasarkan bagaimana perasaan mereka kepada pasangan dan teman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perasaan terhadap teman memiliki skor tinggi pada skala menyukai dan perasaan terhadap pasangan memiliki nilai tinggi pada skala mencintai.

Cinta bukanlah konsep yang konkret dan karena itu sulit untuk diukur. Namun, Rubin’s Scales of Liking and Loving menawarkan cara untuk mengukur perasaan cinta yang kompleks.

2.    Cinta dan Gairah

Menurut profesor psikologi Universitas Hawaii, Elaine Hatfield, ada dua tipe dasar cinta, yaitu cinta kasih sayang (compassionate love) dan gairah cinta (passionate love). Cinta kasih sayang ditandai dengan adanya saling keterikatan, saling menghormati, menghargai, kepedulian dan kepercayaan. Kasih sayang biasanya tumbuh berkembang dari perasaan saling pengertian dan rasa saling menghargai satu sama lain.

Sedangkan cinta yang dilandasi gairah (passionate love) ditandai dengan emosi yang intens, daya tarik seksual, kecemasan dan afeksi. Ketika cinta terbalaskan (reciprocated love), orang merasa gembira dan bahagia. Namun jika cinta tak terbalaskan (unreciprocated love), akan menyebabkan perasaan sedih, sakit hati dan bahkan putus asa.

Hatfield menunjukkan bahwa cinta yang didasari oleh gairah adalah fana, karena dipengaruhi fungsi fisiologis pada manusia. Seperti anda merasa bergairah jika berada di depan seorang wanita cantik atau lelaki keren. Menurut Hatfield, idealnya, cinta adalah hubungan yang menggabungkan antara kenyamanan dan kasih sayang dengan gairah itu sendiri. Sehingga hubungan antara pasangan akan bertahan lama dan terhindar dari masalah selingkuh maupun perceraian.

3.    Cinta Segitiga

Pada tahun 1973, John Lee dalam buku klassik-nya The Colors of Love, menganalogikan tipe cinta dengan teori tentang roda/lingkaran warna (color wheel/color circle), yakni sebuah ilustrasi abstrak tentang keterkaitan antara warna-warna primer, warna sekunder dan warna komplementer.

Lee menjelaskan bahwa ada tiga tipe utama dari cinta, yaitu adalah Eros, Ludos dan Storge. Eros adalah perasaan cinta kepada seseorang yang dianggap paling ideal. Ludos menganggap cinta sebagai sebuah permainan, sedangkan storge menganggap cinta sebatas persahabatan.

Sama halnya dengan analogi color wheel, cinta juga merupakan kombinasi antara Eros, Ludos dan Storge. Kombinasi tersebut antara lain;
  • Mania (Eros + Ludos) = Cinta yang obsesif (Obsessive love);
  • Pragma (Ludos + Storge) = Cinta yang realistis dan praktis (practical love);
  • Agape (Eros + Storge) = Cinta tanpa pamrih (Selfless love)


Cinta segitiga yang dimaksud di sini bukan yang sering kita dengar; adanya pihak ketiga dalam sebuah hubungan. Melainkan tiga komponen cinta (triangular theory of love) menurut Robert Sternberg. Sternberg menjelaskan bahwa ada tiga komponen cinta, yaitu : keintiman (intimacy), gairah (passion) dan komitmen (commitment).
  • Keintiman – Yang meliputi perasaan keterikatan, kedekatan, keterhubungan, dll.
  • Passion – Yang meliputi antara cinta yang romantis dan daya tarik seksual.
  • Komitmen – Yakni keputusan untuk tetap bersama pasangan dalam waktu yang panjang.


Kombinasi yang berbeda dari ketiga komponen menghasilkan berbagai jenis cinta. Misalnya, kombinasi keintiman dan komitmen dalam cinta kasih penuh kasih sayang (compassionate love), sedangkan kombinasi gairah dan keintiman menyebabkan gairah cinta (passionate love).

Sternberg memperkenalkan istilah cinta sempurna (consummate love) untuk menggambarkan kombinasi antara keintiman, gairah dan komitmen. Hubungan yang dibangun pada dua individu akan lebih sempurna jika didasarkan pada kombinasi ketiganya. Meskipun begitu, Sternberg menyangsikan adanya cinta yang sempurna di dunia ini.

4.    Cinta Dalam Islam

Bila berbicara cinta dalam pandangan islam, maka tidak lepas dari kata pernikahan. Dalam islam cinta berarti memiliki satu sama lain, perasaan ingin bersama, perasaan ingin selalu bertemu. Satu hal yang berbeda adalah, dalam islam sudut pandang cinta bisa dilihat sebagai dua sisi yang bertolak belakang, seperti cinta jadi benci atau benci jadi cinta.

“Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah benda (perhiasan) dan sebaik-baiknya benda (perhiasan) adalah wanita (istri) yang sholehah. (HR. Muslim).

Dalam islam, seorang yang mencintai orang lain haruslah terikat dalam sebuah hubungan yang sah (pernikahan), karena rasa cinta sulit dibendung dan banyak menimbulkan maksiat dan nafsu syahwat.

“Barangsiapa mengawini seorang wanita karena memandang kedudukannya maka Allah akan menambah baginya kerendahan, dan barangsiapa mengawini wanita karena memandang harta-bendanya maka Allah akan menambah baginya kemelaratan, dan barangsiapa mengawininya karena memandang keturunannya maka Allah akan menambah baginya kehinaan, tetapi barangsiapa mengawini seorang wanita karena bermaksud ingin meredam gejolak mata dan menjaga kesucian seksualnya atau ingin mendekatkan ikatan kekeluargaan maka Allah akan memberkahinya bagi isterinya dan memberkahi isterinya baginya. (HR. Bukhari)

“Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

“Cinta berkelanjutan (diwariskan) dan benci berkelanjutan (diwariskan). (HR. Bukhari).

Cinta dalam islam tidak bisa lepas dari kecintaan (ketaatan) seseorang kepada perintah Tuhan-nya, dan kebencian (menjauhi) seseorang kepada larangan Tuhan-nya.

Cinta dalam islam ibarat termometer, bila terlalu cinta akan membuat seseorang fanatik, sedangkan bila terlalu benci akan membuat seseorang fanatik pula terhadap seseorang.

Cinta bukan untuk diteliti keberadaannya, tapi untuk dirasakan indahnya, sehingga manusia sadar betapa pentingnya cinta itu namun tetap sadar siapa yang telah menciptakan cinta tersebut.

Rujukan :
  • Rubin, Zick. 1970. Measurement of romantic love. Journal of Personality and Social Psychology
  • Hatfield, E., & Rapson, R. (2005). Love and sex: Cross-cultural perspectives. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon.
  • Lee JA (1973). Colours of love: an exploration of the ways of loving. Toronto: New Press
  • Robert J. Sternberg, “Triangulating Love”, in T. J. Oord ed. The Altruism Reader (2007)
  • Hadist web’s. Kumpulan dan referensi belajar hadist.

Tidak ada komentar: