SAATNYA DAN SELAYAKNYA ANDA MENGETAHUI

Kamis, 14 Maret 2013

Makalah Konseling Kelompok Behavioral


BAB I
PENDAHULUAN

       A.    Latar Belakang Pembahasan
Individu-individu yang menempati wilayah tertentu merupakan suatu perkumpulan atau disebut dengan kelompok. Dengan demikian, kehidupan individu itu tidak terlepas dari kelompok, baik kelompok kecil seperti keluarga dan kelompok kerja, maupun kehidupan kelompok besar seperti masyarakat, bangsa, dan lain sebagainya.
Menurut Hernert Smith, kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.
Jadi, dapat diambil pemahaman bahwa kelompok merupakan kumpulan individu yang mengadakan interaksi secara mendalam antara satu sama lain. Mereka memiliki kesatuan persepsi untuk bertingkah laku di dalam maupun di luar kumpulan mereka. Sementara itu, konseling kelompok adalah layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
Mengingat peranan konseling kelompok dalam kehidupan sekarang ini bukan hanya menjadi salah satu teknik penting dalam profesi Bimbingan dan Konseling khususnya di lingkungan pendidikan, namun telah menjadi salah satu teknik terapi dan peningkatan pengelolaan emosi dan tingkah laku yang efektif seperti yang sudah banyak dilakukan di negara-negara maju. Format konseling kelompok bisa mengurangi ketakutan untuk mengungkapkan emosi, dan menawarkan pelatihan ulang dalam pengungkapan emosi yang lebih sesuai.
Konseling kelompok yang dilakukan dengan baik sangat efektif dalam menangani masalah psikologis, misalnya masalah antarpribadi. Untuk dapat melakukan proses konseling kelompok yang baik sangat diperlukan pemahaman dan pengaktualisasikan teknik-teknik konseling yang ada ke dalam konseling kelompok secara tepat dan sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli.
Teknik-teknik konseling yang dapat diterapkan dalam konseling kelompok cukup banyak, teknik-teknik tersebut ada yang berdasarkan pendekatan individual, teknik komunikasi, serta teknik-teknik terapan lainnya sehingga dalam melakukan kegiatan konseling kelompok, konselor hendaknya selalu mengaktualisasikan teknik dan kemampuannya. Jadi pemahaman teknik-teknik konseling yang baik sangat mendukung pelaksanaan konseling kelompok yang efektif dan efisien.

      B.     Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan latar belakang pembahasan yang sudah dijelaskan di atas, jadi kegiatan konseling kelompok itu dapat berjalan dengan baik apabila pemahaman tentang teknik-tekniknya diketahui dengan baik dan benar oleh penggunanya.
Mengingat teknik-teknik konseling konseling kelompok ada cukup banyak, jadi dalam makalah ini akan menjelaskan salah satu teknik konseling kelompok yaitu Teknik Konseling Behavioral, yang mana cakupan pembahasannya adalah:
1.      Sejarah dari konseling behavioral.
2.      Konsep dasar konseling behavioral.
3.      Peranan konselor dengan konseli dalam konseling kelompok.
4.      Serta prosedur dan proses melakukan konseling kelompok ini.

      C.    Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pembahasan tentang teknik konseling behavioral ini adalah :
1.     Untuk mengetahui sejarah, konsep, dan teknik pelaksanaan konseling behavioral dengan baik dan benar.
2.      Memahami metode dan ciri khas yang terdapat dalam pelaksanaan konsep teori behavioral dalam format konseling kelompok.
3.  Menjelaskan kajian-kajian dan peranan konselor dan konseli dalam proses konseling kelompok behavioral.
Adapun manfaat dari pembahasan tentang teknik konseling behavioral ini adalah :
1.   Memberikan pengetahuan dan pemahaman berdasarkan kajian teoritik juga berdasarkan kajian historik.
2.  Memberikan gambaran dan perbandingan dari teknik-teknik konseling yang ada dan penerapannya dalam kegiatan konseling yang sebenarnya.
3.   Mengembangkan wawasan para pelaku dan pelaksanaan konseling dalam memahami kegiatan konseling kelompok behavioral.



BAB II
PEMBAHASAN

      A.    Sejarah Konseling Behavioral
Konseling Behavioral pada mulanya disebut dengan Terapi Perilaku yang berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F. Skinner. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi (treatment) neurosis. Tujuan terapi adalah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin.
Dasar teori terapi behavioral adalah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi : (1) belajar di waktu yang lalu dalam hubungannya dengan keadaan yang sekarang, (2) keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan terhadap lingkungan, (3) perbedaan-perbedaan biologik baik genetik atau karena gangguan fisiologik.
Dalam hal ini Skinner walaupun dipengaruhi teori S-R, tetapi dia punya pandangan tersendiri mengenai perilaku, yaitu :
1.   Respon tidak perlu selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh reinforcement (penguatan).
2.  Lebih menekankan pada studi subjek individual ketimbang generalisasi kencenderungan kelompok.
3.  Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku ketimbang motivasi di dalam diri.
Perkembangan pendekatan behavioral diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis yang dominan. Pendekatan ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen tokoh behavioral yang memberikan sumbangan pada prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia. Secara garis besar sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari sebagai berikut :
1.      Classical Conditioning
Ivan Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia lahir di Rjsan 14 September 1849 dan meninggal di Leningrad 27 Februari 1936. Hasil penelitiannya bersama Watson yang terkenal adalah classical conditioning. Penelitiannya yang paling terkenal adalah menggunakan anjing yang dalam keadaan lapar ditempatkan diruang kedap suara. Dalam penelitiannya tersebut, Pavlov menyimpulkan bahwa Respon (tindakan) dapat terjadi apabila ada Stimulus (rangasangan).
2.      Operant Conditioning
Tokoh yang mengembangkan operant conditioning adalah BF. Skinner Pengkondisian operan, salah satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul.
Pengkondisian operan ini dikenal dengan istilah pengkondisian instrumental (instrumental conditioning) karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental bisa dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum penguatan diberikan untuk tingkah laku tersebut.
Skinner, yang dianggap sebagai pencetus gagasan pengkondisian operan, telah mengembangkan prinsip-prinsip penguatan yang digunakan pada upaya memperoleh pola-pola tingkah laku tertentu yang dipelajari. Dalam pengkondisian operan, pemberian penguatan positif bisa memperkuat tingkah laku, sedangkan pemberian penguatan negatif bisa memperlemah tingkah laku. Tingkah laku berkondisi muncul di lingkungan dan instrumental bagi perolehan ganjar.
Sering kali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebihan atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil pendekatan behavioral membantu konseli untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebihan. Dengan kata lain, membantu konseli agar tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan yang maladaptif (Gladding, 2004).
Pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu konseli yang mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual. Juga bermanfaat untuk membantu mengurangi gangguan yang diasosiasikan dengan anxietas, stres, asertivitas, dan interaksi sosial (Gladding, 2004).
Pandangan teori behavioral secara umum terhadap perilaku manusia menyatakan bahwa, antara lain :
·       Respon tidak selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh penguatan (reinforcement).
·    Lebih menekankan pada studi subjek individual dibandingkan generalisasi kecenderungan kelompok.
·      Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku dibandingkan motivasi di dalam diri.
·     Para konselor behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan yang dipelajari. Karena itu dapat diubah dengan mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga kelainan perilaku berubah menjadi positif.

      B.     Konsep Dasar Konseling Behavioral
Menurut Skinner, perilaku manusia atas konsekuensi yang diterima. Apabila perilaku mendapat ganjaran positif, maka individu akan meneruskan atau mengulangi tingkah lakunya, sebaliknya apabila perilaku mendapat ganjaran negatif (hukuman), maka individu akan menghindari atau menghentikan tingkah lakunya. Pendekatan behavioral lebih berorientasi pada masa depan dalam menyelesaikan masalah. Inti dari behavioral adalah proses belajar dan lingkungan individu. Konseling behavioral dikenal sebagai ancangan yang pragmatis.
Perilaku dipandang sebagai respon terhadap stimulasi atau perangsangan eksternal dan internal. Karena itu tujuan terapi adalah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin. Kontribusi terbesar konseling behavioral adalah bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku.
Corey (2001) mengatakan bahwa konseling behavioral yang modern tidak mempunyai asumsi deterministik tentang manusia yang menganggap manusia hanya sebagai produk dari kondisioning sosiokultur. Individu adalah hasil produksi dan juga yang memproduksi lingkungannya. Corey melihat Skinner sebagai penganut teori tingkah laki yang radikal yang tidak mengakui kemungkinan diri sebagai penentu dan kebebasan diri. Kecenderungan sekarang adalah untuk mengajarkan pengendalian kepada konseli, dengan demikian meningkatkan kebebasan mereka. Modifikasi tingkah laku bertujuan meningkatkan keterampilan individu sehingga mereka mempunyai lebih banyak pilihan dalam memilih suatu tingkah laku.
Adapun ciri-ciri dari karakteristik konseling behavioral antara lain adalah, yaitu :
·         Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan karena itu dapat dirubah.
·      Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individual dapat membantu dalam merubah perilaku-perilaku yang relevan;  prosedur-prosedur konseling berusaha membawa perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku konseli dengan merubah lingkungan.
·     Prinsip-prinsip belajar sosial, seperti misalnya “reinforcement” dan “sosial modeling”, dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur konseling.
·      Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan-perubahan dalam perilaku-perilaku khusus konseli diluar dari layanan  konseling yang diberikan.
·      Prosedur-prosedur konseling tidak statik, tetap, atau ditentukan sebelumnya, tetapi dapat secara khusus di desain untuk membantu konseli dalam memecahkan masalah khusus.

      C.    Peran Konselor dan Konseli Dalam Konseling Behavioral
1.      Peran Konselor
Pada umumnya konselor yang mempunyai orientasi behavioral bersikap aktif dalam proses konseling. Konseli belajar menghilangkan atau belajar kembali bertingkah laku tertentu. Dalam proses ini, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, pemberi dukungan dan fasilitator. Ia bisa juga memberi instruksi atau mensupervisi orang-orang pendukung yang ada di lingkungan konseli yang membantu dalam proses perubahan tersebut. Konselor behavioral yang efektif beroperasi dengan perspektif yang luas dan terlibat dengan konseli dalam setiap fase konseling (Gladding, 2004).
Fungsi dan tuga konselor juga dijelaskan untuk mengaplikasikan  prinsip  dari  mempelajari manusia untuk memberi fasilitas pada penggantian perilaku maladaptif  dengan perilaku yang lebih adaptif. Kemudian menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan  seseorang dari  perilaku yang  mengganggu  kehidupan  yang efektif sesuai dengan nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki  sepanjang sasaran itu  sesuai  dengan  kebaikan masyarakat secara umum.
Lebih rincinya peranan seorang konselor dalam proses konseling kelompok ini, antara lain adalah :
1)      Konselor berperan sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang ditunjukan oleh konseli.
2)      Konselor harus menerima dan memahami konseli tanpa mengadili atau mengkritik.
3)      Konselor juga harus dapat membuat suasana yang hangat, empatik dan memberikan kebebasan bagi konseli untuk mengekspresikan diri.
4)      Memberikan informasi dan menjelaskan proses yang dibutuhkan anggota untuk melakukan perubahan.
5)      Konselor harus memberikan reinforcement.
6)     Mendorong konseli untuk mentransfer tingkah lakunya dalam kehidupan nyata.
2.      Peran Konseli
Keberadaan konseli dalam konseling kelompok khususnya behavioral tidak harus berasal dari konseli yang mempunyai permasalahan yang sama. Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan untuk menanggapi persoalan yang sedang dihadapi oleh salah seorang anggota kelompok. Di sini, ada semacam sharing pendapat di antara teman sebaya dalam memecahkan sebuah persoalan.
Adapun peranan atau hak seorang konseli dalam proses konseling kelompok behavioral, antara lain adalah :
1)      Setiap anggota mengemukakan masalahnya secara khusus, meneliti variabel eksternal dan internal yang mungkin menstimulasi dan menguatkan perilakunya dan lebih lanjut membuat pernyataan perilaku baru yang diharapkan.
2)      Konseli dituntut memiliki kesadaran dan berpartisipasi dalam terapeutik.
3)      Konseli berani menanggung resiko atas perubahan yang ingin dicapai.
Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan langsung. Hal ini bertujuan agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan masalah-masalah konseli sehingga diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru. Sistem dan prosedur konseling behavioral sangat terdefinisikan, juga demikian pula peranan yang jelas dari konselor dan konseli.
Konseli harus mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus memiliki motivasi untuk berubah, harus bersedia bekerjasama dalam melakukan aktivitas konseling, baik ketika berlangsung konseling maupun diluar konseling.
Dalam hubungan konselor dengan konseli ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :
·         Konselor memahami dan menerima konseli.
·         Antara konselor dan konseli saling bekerjasama dalam satu kelompok.
·         Konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan konseli.

      D.    Proses Konseling Kelompok Behavioral
Untuk memberikan gambaran singkat tentang proses konseling kelompok secara umum, berikut urutan proses pelaksanaannya :
1.      Konselor memperkenalkan diri, kemudian mempersilahkan masing-masing anggota kelompok untuk memperkenalkan diri mereka.
2.      Konselor menjelaskan aturan main dalam konseling kelompok.
3.      Konselor menyuruh setiap anggota kelompok mengemukakan persoalan yang saat ini dihadapi.
4.      Setelah semua anggota sudah menyampaikan permasalahan, maka konselor bersepakat dengan semua anggota kelompok untuk membahas satu permasalahan yang dianggap paling mendesak untuk dipecahkan.
5.      Mempersilahkan setiap anggota kelompok untuk menanggapi persoalan yang dibahas.
6.      Setelah menemukan solusi terhadap persoalan, konselor menanyakan kesanggupan anggota kelompok untuk melaksanakan kesepakatan bersama.
7.      Menutup pertemuan dengan kalimat yang baik dan doa.
Guna mencapai perubahan yang menjadi tujuan penyelenggaraan konseling behavioral, maka tahap-tahap pelaksanaan konseling harus sistematis. Hal ini disebabkan konseling behavioral berbasis pada tingkah laku khusus yang akan dirubah. Berikut merupakan tahapannya :
1.      Memulai Kelompok (Beginning The Group)
Konselor mengadakan pertemuan dengan setiap individu untuk menentukan apakah individu-individu tersebut cocok untuk ditangani dalam kelompok dan memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam kelompok. Aktivitas dalam pertemuan kelompok yang pertama dipusatkan pada pengorganisasian kelompok, serta mengorientasikan konseli ke proses kelompok dan memulai membangun sebuah kebersamaan kelompok.
2.      Pembatasan atau Penentuan masalah (Definition of the Problem)
Masalah konseli yang diceritakan pada kelompok perlu dianalisis terlebih dahulu. Konselor mengidentifikasi anteseden dan konsekuensi tingkah laku dengan melakukan analisis yang sistematis tentang tingkah laku bermasalah tersebut, sehingga konselor dapat memberikan stimuli dan mengeksplorasi lebih lanjut unsur-unsur penguat yang mungkin ada pada masalah itu.
3.      Perkembangan dan Sejarah Sosial (The Development and Social History)
Pada tahap ini, konselor dapat meminta konseli untuk mengungkapkan keberhasilan dan kegagalan dalam hidupnya, kelebihan dan kekurangan dirinya, hubungan sosial, penghambat tingkah laku, dan konflik-konflik yang dialami.
4.      Pernyataan Tujuan Behavioral (Stating Behavioral Goal)
Konseli harus menyatakan masalah dan tujuan yang diharapkan dalam bentuk behavioral. Tujuan yang spefisik ini merupakan tujuan bagi perilaku khusus yang akan diubah.
5.      Strategi Pengubahan Tingkah Laku (Strategies for Behavioral Change)
Pada tahap ini akan sangat membantu jika konselor mengembangkan kontrak behavioral yang spefisik, yaitu kontrak mingguan dengan setiap anggota.
6.      Pengalihan dan Pemeliharaan Tingkah Laku yang Dikehendaki (Transfer and Maintenance of Desired Behavior)
Pengalihan pengubahan tingkah laku ini dapat difasilitasi pemanfaatan kelompok sebagai dunia kecil dari kehidupan yang sebenarnya. Konselor perlu membangun situasi di mana anggota kelompok dapat mencoba tingkah laku yang dikehendaki dalam situasi kelompok sehingga mereka dapat memperoleh balikan (feedback) atas usaha mereka.




BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Tingkah laku adalah hasil belajar, manusia merupakan hasil dari lingkungan tetapi juga pencipta lingkungan. Tidak ada asumsi dasar yang dapat merangkum seluruh prosedur dalam pendekatan tingkah laku.
Teknik konseling kelompok behavioral sangat menitikberatkan kepada pengubahan tingkah laku dan tindakan, tidak terkecuali dalam sebuah kelompok. Konselor dapat menjadi pembimbing tiba-tiba kemudian bisa pula menjadi fasilitator atau juga supervisor dalam sesi-sesi konseling yang dilakukan.
Teknik-teknik pengubahan tingkah laku yang khusus dalam behavioral adalah ; Pelatihan Asertivitas, Latihan Respon, Relaksasi, Desensitisasi Sistematis, Implosion dan Flooding, yang mana teknik-teknik ini dapat digunakan sesuai kondisi dan tingkat keperluannya dalam proses konseling kelompok.
Proses konseling kelompok behavioral ini jarang sekali dapat dilakukan hanya sekali, perlu beberapa sesi untuk setiap konseli agar benar-benar puas dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan harapannya. Namun konseling behavioral sangat efektif untuk mengurangi tingkat dan kecenderungan seperti kecemasan, kegalauan, kekhawatiran, kebingungan dan lain sebagainya dalam lingkup singkat.


SUMBER RUJUKAN

-          Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Refika Aditama. Bandung.
-          Jones, Richard Nelson. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
-          Komalasari, Gantina., dkk. (2011) Teori dan Teknik Konseling. PT Indeks, Jakarta.
-          Prayitno. (1998).  Konseling Panca Waskita, PSBK. FIP IKIP Padang.
-          Taufik. 2002. Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP.
-          WS. Winkel & M.M Sri Hastuti (2005), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Media Abdi; Yogyakarta.
-          Lesmana, Jeanette Murad (2005). Dasar-Dasar Konseling. Universitas Indonesia. Jakarta.

Tidak ada komentar: