SAATNYA DAN SELAYAKNYA ANDA MENGETAHUI

Selasa, 26 Februari 2013

Pendidikan Jasmani : Manfaat Permainan Bagi Peserta Didik


Permainan pada dasarnya memiliki umur yang sama dengan manusia karena mana kala ada manusia maka di situ terdapat kegiatan bermain. Untuk memahami hakikat permainan, sebelumnya cobalah anda ingat-ingat dan bayangkan bagaimana anda bermain pada waktu kecil, pasti menyenangkan mengingat-ingat masa-masa tersebut.
Banyak bentuk yang bisa dikatakan bermain dan hal-hal yang dapat menjadi sebuah permainan. Pendek kata bermain merupakan kegiatan manusia yang dilakukan oleh semua umur, bermain merupakan sebuah konsep sehingga manusia disebut sebagai makhluk bermain (homo ludens). Pernyataan ini dikarenakan kecenderungan pola perilaku manusia pada umumnya, ternyata bermain merupakan kegiatan hakiki atau kebutuhan dasar pada manusia.


 Pengertian dan Tujuan Permainan
Permainan kecil bagi anak tampaknya sering kita lihat sehari-hari, bahkan pada waktu kecil kita pernah merasakan bagaimana suatu permainan dilakukan. Apabila kita amati, misalnya seorang anak mengajak temannya bermain “mari kita bermain perang-perangan” dari pernyataan tersebut kita akan mengerti bahwa anak tersebut mengajak untuk bermain suatu permainan yang memiliki batasan dan tempat tertentu.
Permainan merupakan alat untuk mempelajari fungsi hidup sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Carl Bucher mengemukakan bahwa “permainan telah lama dikenal oleh anak-anak dan orang tua karena mampu menggerakkan mereka untuk berlatih, bergembira dan rileksasi”. Permainan merupakan salah satu komponen utama dalam setiap program pendidikan jasmani, oleh karena itu setiap guru pendidikan jasmani harus mengenal secara mendalam tentang seluk beluk permainan.
Salah satu pakar pendidikan yaitu Johan Huizinga, mengemukakan bahwa pada hakikatnya bermain memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut :
1.     Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara  bebas dan sukarela, namun kebebasan ini tak berlaku bagi anak-anak dan hewan karena mereka bermain dan harus bermain karena dorongan naluri. Untuk anak-anak, bermain sangat berguna untuk merangsang perkembangan pisik dan mentalnya, lain dengan orang dewasa, bermain merupakan kebutuhan sepanjang kesukaan untuk melakukannya merupakan kebutuhan.
2.    Bermain bukanlah kehidupan biasa atau yang nyata, karena jika diamati secara seksama perilaku anak-anak selama bermain, mereka berbuat berpura-pura atau tidak sungguhan. Namun, sebaliknya dengan gejala yang tidak sungguhan tersebut, bermain menjadi kegiatan yang sungguh-sungguh dan dapat menyerap tenaga dan konsentrasi. Misalnya pada anak-anak, mereka main dokter-dokteran; menganggap boneka sebagai makhluk hidup dengan diajak bicara seolah-olah hidup, mobil-mobilan; menganggap kursi seperti mobil sungguhan seolah-olah itu mobil yang sesungguhnya. Di sinilah keunikan dari bermain, yaitu ada dua hal yang saling bertentangan, “Bermain sungguh-sungguh dalam ketidaksungguhan”.
3.    Bermain berbeda dengan kehidupan sehari-hari, terutama dalam tempat dan waktu bermain selalu bermula dan berakhir serta dilakukan di tempat tertentu. Bermain memerlukan keteraturan, tanpa peraturan dunia permainan akan lumpuh. Unsur ketegangan merupakan bagian yang penting dari permainan. Meskipun bermain di luar dari penilaian baik dan buruk, namun unsur ketegangan itu sekaligus menguji ketangguhan pemain, keberanian, keuletan, kejujuran, walaupun semua pemain menginginkan kemenangan, akan tetapi dia harus berjuang dengan sepenuh hati dan harus terikat dengan peraturan permainan.
4.   Bermain merupakan kegiatan yang memiliki tujuan, tujuan tersebut terdapat pada permainan itu sendiri. Tujuan dari kegiatan itu tidak berkaitan dengan perolehan atau keuntungan material, ciri ini lah yang membedakan antara bermain dan bekerja. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, sukarela tanpa paksaan, dan tak sungguhan dalam batas waktu, tanpa ikatan peraturan. Menyertai semua ciri tersebut, bermain mendorong pertumbuhan dan perkembangan kelompok sosial karena dilakukan bukan hanya sendirian, tetapi juga dilakukan dalam suasana kelompok.

Roger Collois (1955) mengulas pandangan Huizinga tentang bermain. Berdasarkan hasil analisisnya Collois membagi permainan menjadi empat kategori utama, yaitu agon, alea, mimikri, dan ilinx.
1.   Agon, jenis permainan ini mencakup semua bentuk permainan yang bersifat pertandingan atau perlombaan. Tujuan akhir dari permainan yang bersifat agon adalah mencapai kemenangan. Oleh karena itu, perjuangan pisik, teknik, dan taktik begitu menonjol, misalnya kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, dan lain-lain. Tampak sekali komponen-komponen tersebut dalam permainan sepak bola, bola basket, bulutangkis, dan sebagainya dan sejenisnya.
2.   Alea, jenis permainan ini bersifat untung-untungan dan spekulatif. Jenis permainan ini seperti permainan dadu, kartu, rolet, dan lain-lain. Beberapa jenis permainan yang menggunakan kartu merupakan kombinasi antara jenis permainan agon dan alea, karena pelaku permainan selain masih menggunakan faktor keberuntungan, para pemain berusaha memasang dan menggunakan faktor keberuntungan. Seperti halnya dalam permainan catur, bridge, si pelaku permainan menggunakan alasan-alasan logis dan teori untuk memainkan permainan tersebut dalam rangka mencapai kemenangan.
3.   Mimikri, jenis permainan yang mencakup ke dalam kelompok mimikri mencakup semua bentuk permainan yang mengandung ciri pokok, seperti yang dikemukakan Huizinga, yaitu kebebasan, batasan waktu, dan ruang. Tersirat di dalamnya merupakan ilusi, fantasi, imajinasi, dan interpretasi. Semua jenis permainan anak-anak cenderung merupakan permainan dengan kepura-puraan, seperti main perang-perangan, masak-masakan, dan memperlakukan suatu objek dengan fungsi yang lain, misalnya boneka dianggap seperti bayi, kursi meja dianggap mobil atau sebagainya.
4.  Ilinx, jenis permainan ini mencakup semua bentuk permainan yang mencerminkan pelampiasan keinginan untuk bergerak, berpetualang, dan dilakukan dalam wujud kegiatan yang dinamis, misalnya jenis permainan ini adalah ; mendaki gunung, menyusuri sungai, dan bentuk olahraga lain di alam terbuka. Jenis permainan anak-anak seperti ; bermainan ayunan anak-anak, memanjat pohon dan sebagainya.

Permainan dikatakan sebagai kegiatan bermain yang memiliki tujuan, tujuannya terdapat pada permainan itu sendiri. Sebagai contoh apabila siswa di sekolah melakukan permainan dengan dibimbing oleh guru maka tujuan dari permainan tersebut tentu saja sudah dirancang dan direncanakan oleh guru sebelum pembelajaran dilaksanakan. Tujuan permainan yang direncanakan oleh guru di sekolah tersebut akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan permainan anak yang dilakukan di sekitar rumah bersama teman-temannya, walaupun jenis permainan dan bentuk permainannya serupa.
Beberapa tujuan yang hendak diperoleh dari kegiatan bermain dalam suatu permainan, baik yang dilakukan di lingkungan masyarakat, sekolah, anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua, secara perseorangan maupun kelompok sesuai dengan jenis permainan tersebut, yaitu sebagai berikut :
      1.   Memberikan pengalaman gerak pada anak sehingga semakin banyak jenis dan bentuk permainan yang  dilakukan anak maka anak akan semakin kaya pengalaman geraknya.
       2.      Merangsang dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan anak.
       3.      Menyalurkan kelebihan tenaga pada anak.
       4.      Memanfaatkan waktu senggang.
       5.      Memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani.
       6.      Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pada anak, terutama untuk memenuhi rasa ingin tahu anak.
       7.      Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
       8.      Menanamkan kerja sama, rasa sosial, dan saling tolong-menolong.
       9.      Mencapai prestasi dalam suatu pertandingan.

Perlunya Permainan Kecil bagi Anak
Permainan kecil merupakan suatu bentuk kegiatan bermain yang sangat diperlukan oleh anak-anak. Permainan kecil adalah suatu bentuk permainan yang tidak memiliki ketentuan yang baku, baik mengenai peraturan permainannya, peralatan yang dipergunakan, ukuran lapangan, maupun waktu untuk melakukannya.
Beberapa bentuk permainan yang banyak dilakukan anak-anak, dengan mengunakan beberapa peraturan yang sederhana, mudah dimengerti, mudah dilaksanakan, dan memiliki manfaat dalam mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak. Dalam konteks waktu senggang, permainan juga dapat dipandang sebagai kegiatan rekreasi, yaitu suatu kegiatan dalam upaya memanfaatkan waktu senggang yang dimiliki seseorang sebagai perimbangan dari kesibukannya melakukan aktivitas sehari-hari. Permainan dianggap sebagai upaya untuk memperoleh kesibukan serta membangkitkan fantasi anak-anak, di samping untuk memperoleh kegembiraan dan kepuasan bagi orang yang melakukannya. Beberapa alasan dan argumen mengenai perlunya permainan bagi anak dikemukakan para ahli, intinya adalah bahwa bermain merupakan kebutuhan anak sehari-hari, seperti halnya kebutuhan makan, tidur, dan bergerak untuk memenuhi kehidupannya.

Berikut ini dipaparkan dua alasan perlunya permainan bagi anak :

A.    Kebutuhan Bergerak Anak
Herbert Spencer yang terkenal dengan teori surplus energinya mengemukakan bahwa “permainan merupakan upaya penyaluran kelebihan tenaga pada anak-anak maupun orang dewasa termasuk binatang”. Dengan adanya waktu senggang yang sangat banyak di kalangan anak-anak maka mereka membutuhkan penyaluran tenaga yang relatif berlebihan. Anak-anak belum memiliki tugas dan kewajiban sebagaimana orang dewasa, mereka memiliki tugas untuk belajar dan mengenal lingkungannya. Sedangkan mereka masih memiliki banyak tenaga yang belum tersalurkan. Oleh karena itu, maka pada saat ini anak-anak perlu mendapat perhatian untuk memenuhi kebutuhan bergerak anak.
Berbagai aktivitas pisik dilakukan anak dalam suasana bermain. Biasanya anak yang sehat tidak mau hanya berdiam diri saja, setiap ada kesempatan untuk bergerak maka anak akan selalu melakukan aktivitas pisik. Baik dilakukan hanya seorang diri, apalagi ada temannya. Maka, anak tidak akan mau diam mereka selalu ingin bergerak dan berperilaku aktif.
B.     Pemenuhan Keinginan Anak
Bigot mengemukakan bahwa “permainan memberikan kepuasan, kegembiraan dan kebahagiaan dalam kehidupan anak”. Permainan dipandang sebagai alat pendidikan yang sangat bernilai. Pada saat bermain, anak melakukan aktivitasnya dengan sungguh-sungguh, daya imajinasi dan fantasinya berkembang, padahal mereka sebenatnya melakukan aktivitas yang bukan sesungguhnya. Melalui kegiatan bermain dalam suatu permainan maka keinginan anak untuk memperoleh manfaat dengan; bergerak, berfantasi, berimajinasi, bergembira, dan berkreasi sesuai dengan minatnya dapat terpenuhi.
Sebagai upaya untuk memberikan kesempatan pada anak untuk memenuhi kebutuhan bergeraknya maka selayaknya pada setiap lingkungan masyarakat harus tersedia sarana yang memadai untuk memenuhi kebutuhan bergerak ini. Konsekuensi dari kebutuhan bergerak anak ini maka diharapkan setiap sekolah dan lingkungan perumahan perlu disediakan tuang publik dan taman bermain untuk memenuhi kebutuhan anak, dan masyarakat pada umumnya.

Pengaruh Permainan Anak Kecil bagi Anak Didik
Beberapa bentuk dan jenis permainan kecil banyak kita jumpai terutama di kalangan anak-anak. Manfaat dari permainan kecil ini dapat memberikan pengaruh yang positif, terutama terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Apabila permainan kecil dilakukan dengan baik dan sesuai dengan kriteria tertentu, misalnya intensitas dan frekuensi bermain memadai maka akan banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan tersebut, terutama dapat mempengaruhi pada pertumbuhan pisik dan perkembangan mental psikologis anak didik.

A.    Pertumbuhan Pisik
Pertumbuhan pisik pada masa anak-anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Puncak pertumbuhan pisik pada anak secara umum terjadi pada masa balita dan usia 10-14 tahun. Pada usia-usia tersebut tampak adanya perubahan pada panjang tulang dan membesar, penampilan pisik semakin sempurna dan proporsional.
Melalui berbagai macam bentuk dan jenis permainan yang mengutamakan aktivitas pisik, akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan pisik termasuk fungsi persendian akan semakin baik, yang pada akhirnya akan merangsang juga pertumbuhan pisik yang lebih cepat. Hal ini dapat kita amati bagaimana anak yang aktif mengalami pertumbuhan pisik yang pesat bila dibandingkan dengan anak yang mengalami kekurangan gerak.
B.     Perkembangan Motorik
Perkembanagn motorik pada masa anak-anak sangat pesat, oleh karena itu pada masa anak-anak harus dikembangkan berbagai bentuk permainan yang mengutamakan kegiatan motorik sehingga kemampuan motoriknya dapat berkembang dengan baik. Bentuk-bentuk permainan yang mengutamakan kegiatan motorik di antaranya adalah; bermain kecepatan, kelincahan, kelenturan, keseimbangan, dan sebagainya.
Kemampuan motorik merupakan gambaran dari salah satu kecakapan dalam melakukan bermacam-macam keterampilan dasar dan aktivitas pisik secar keseluruhan. Pada usia dini perlu diperkenalkan berbagai macam bentuk gerak dasar permainan yang sifatnya reflektif melalui kegiatan multilateral. Kegiatan bermain yang mengutamakan aktivitas pisik, sesuai dengan kebutuhan bergerak anak. Hal ini akan memperkaya pengalaman gerak yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi kemampuan dan perkembangan motorik anak.
C.     Perkembangan Fungsional Tubuh
Secara fungsional, keadaan pisik anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Demikian pula fungsi organ-organ tubuh mengalami penyempurnaan yang cepat. Apabila kegiatan bermain lebih banyak dilakukan melalui aktivitas pisik diharapkan anak akan memiliki perkembangan fungsi organ-organ tubuh yang lebih baik sehingga perkembangan pisik semakin baik.
1.      Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah kemampuan fungsional organ-organ tubuh untuk bekerja dengan baik tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Apabila pisik anak bugar atau sehat dinamis, anak akan mampu melakukan segala aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, dan kelelahan itu cepat pulih kembali. Anak yang memiliki sehat dinamis akan memiliki daya tahan terhadap penyakit sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan tugas perkembangannya.
2.      Fungsi Kognitif
Proses dan fungsi kognitif dalam diri anak menunjukkan bagaimana otak berfungsi, menangkap informasi, dan bagaimana menyadari, menyimpan, dan memakainya untuk membangkitkan pola-pola tingkah laku. Proses dan fungsi kognitif sangat berperan dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran gerak dan belajar melalui gerak dalam olahraga permainan.
Melalui olahraga permainan, dapat dikembangkan beberapa fungsi kognitif yang dibutuhkan dalam kehidupan. Beberapa bentuk fungsi kognitif di antaranya adalah; ingatn atau memori, perhatian, persepsi, konsentrasi, respons, proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, waktu reaksi dan sebagainya.
D.    Perkembangan Mental
Melalui permainan dapat dikembangkan beberapa sifat positif yang akan membangkitkan keinginan anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tugas perkembangannya. Anak yang memiliki pengalaman bermain melalui permainan dengan aturan yang ada maka anak akan memiliki perkembangan mental yang baik, menaati peraturan, jujur, sportif, memiliki keberanian, sikap positif terhadap yang ada di sekitarnya, pandai bergaul dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Sehingga kelak dewasa diharapkan mampu dan berhasil mengarungi kehidupan yang sebenarnya dalam masyarakat.
Pengaruh permainan kecil dalam pembentukan sosial psikologis di antaranya, sebagai berikut :
1.      Mengakui dan menerima peraturan dan norma bersama.
2.      Belajar bekerja sama, menerima pimpinan dan dipimpin.
3.      Belajar bertanggung jawab, berkorban, dan memberikan pertolongan.
4. Mengembangkan pengakuan terhadap orang lain sebagai diri pribadi dan rasa hidup bermasyarakat.

Pada dasarnya, bermain adalah salah satu metode otodidak yang dimiliki oleh anak-anak untuk mereka belajar dan menciptakan pengalaman mereka sendiri. Semestinya metode ini dapat digunakan oleh guru maupun pendidik terutama dalam pendidikan jasmani untuk mengoptimalkan kemampuan individual peserta didik. Pendidikan jasmani sendiri bukan berarti isinya cuma asal bermain atau olahraga saja, namun lebih menekankan pada bagaimana dengan bermain ini peserta didik dapat pembelajaran yang berarti dan bermakna. Juga perlu digarisbawahi bahwa aktivitas jasmani dapat mempengaruhi keterampilan dan wawasan peserta didik dalam proses pendidikannya, sehingga sangat dianjurkan untuk menciptakan tujuan pembelajaran yang sejelas mungkin.

Billahi Fii Sabillil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr. Wb... !

Tidak ada komentar: