A.
Pengertian
Psikologi Agama
Psikologi agama menggunakan dua kata yaitu
psikologi dan agama. Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab (Jalaluddin, et
al 1979:77). Menurut Robert H. Thouless (1992:3), psikologi sekarang
dipergunakan secara umum untuk ilmu tentang tingkah laku dan pengalaman
manusia.
Agama adalah sebagai bentuk keyakinan, walau sulit didefinisikan dengan tulisan, secara definitif menurut Harun Nasution, agama adalah :
Agama adalah sebagai bentuk keyakinan, walau sulit didefinisikan dengan tulisan, secara definitif menurut Harun Nasution, agama adalah :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib
yang harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan
pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku (code
of conduct) yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib di luar kemampuan
manusia.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah
dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar
manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang
Rasul (Harun Nasution:10).
Selanjutnya Harun Nasution merumuskan empat
unsur yang terdapat dalam agama, yaitu :
a. Kekuatan
gaib, yang diyakini berada di atas kekuatan manusia. Di dorong
oleh kelemahan dan keterbatasannya, manusia merasa berhajat akan pertolongan
dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut.
Sebagai realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah dan larangan kekuatan
gaib tersebut.
b. Keyakinan
terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia. Dengan
demikian manusia berusaha untuk menjaga hubungan baik ini agar kesejahteraan
dan kebahagiaannya terpelihara.
c. Respons yang
bersifat emosional dari manusia. Respons ini dalam realisasinya terlihat
dalam bentuk penyembahan karena di dorong oleh perasaan takut (agama primitif)
atau pemujaan oleh manusia yang di dorong oleh perasaan cinta (monoteisme),
serta bentuk cara hidup tertentu bagi penganutnya.
d. Paham akan
adanya yang kudus (sacred) dan suci. Sesuatu yang kudus dan suci ini adakalanya
berupa kekuatan gaib, kitab yang berisi ajaran agama, maupun tempat-tempat
tertentu (Harun Nasution:11).
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat
(1970:11), psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada
seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap
dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di samping itu, psikologi
agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang,
serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
Psikologi agama dengan demikian merupakan
cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam
hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam
kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Upaya untuk mempelajari
tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi. Jadi
penelaahan tersebut merupakan kajian empiris.
B.
Metode-Metode
dalam Psikologi Agama
Psikologi agama memiliki metode penelitian
ilmiah, namun karena agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan
batin yang sangat mendalam, maka masalah agama sulit untuk diteliti secara
seksama, terlepas dari pengaruh-pengaruh subjektivitas.
Dalam meneliti ilmu jiwa agama menggunakan
sejumlah metode, antara lain sebagai berikut :
1.
Dokumen Pribadi (Personal
Document)
Metode ini
digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan kehidupan batin
seseorang dalam hubungannya dengan agama. Mengumpulkan informasi tentang
seseorang berupa autobiografi, biografi, tulisan ataupun catatan-catatan yang
dibuatnya. Selain itu juga digunakan daftar pertanyaan kepada orang-orang yang
akan diteliti.
Dalam
penerapannya, metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai cara atau
teknik-teknik tertentu. Di antara yang banyak digunakan adalah :
a.
Teknik Nomotatik
Nomotatik
merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami tabiat atau
sifat-sifat dasar manusia dengan cara mencoba menetapkan ketentuan umum dari
hubungan antara sikap dan kondisi-kondisi yang dianggap sebagai penyebab
terjadinya sikap tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari
perbedaan-perbedaan individu, individu memiliki sifat dasar yang secara umum
sama, perbedaan masing-masing hanya dalam derajat atau tingkatan saja.
Nomotatik
yang digunakan dalam studi tentang kepribadian adalah mengukur perangkat sifat
seperti, kejujuran, ketekunan, dan kepasrahan sejumlah individu dalam suatu
kelompok. Sikap individu tergantung dari situasi yang dihadapinya, namun dalam
sikap yang ditampilkan terlihat adanya sifat-sifat dasar manusia secara umum.
Nomotatik
membantu dalam penelitian psikologi agama, antara lain untuk melihat sejauh
mana hubungan sifat dasar manusia dengan sikap keagamaan yang dimilikinya.
b.
Teknik Analisis Nilai (Value
Analysis)
Teknik ini
digunakan dengan dukungan analisis statistik, data yang terkumpul
diklasifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan
penilaian terhadap individu yang diteliti. Teknik statistik digunakan
berdasarkan pertimbangan bahwa ada sejumlah pengalaman keagamaan yang dapat
dibahas dengan menggunakan bantuan ilmu eksakta, terutama dalam mencari
hubungan antara sejumlah variabel.
c.
Teknik Idiography
Merupakan
pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami sifat-sifat dasar manusia
yang dipusatkan pada hubungan antara sifat dasar manusia dengan keadaan
tertentu dan aspek-aspek kepribadian yang menjadi ciri khas masing-masing
individu dalam upaya untuk memahami seseorang. Ideografi sebagai pelengkap dari
teknik nomotatik untuk mempelajari sifat-sifat dasar manusia secara individu
yang berada dalam satu kelompok.
d.
Teknik Penilaian terhadap Sikap (Evaluation Attitudes Technique)
Teknik ini
digunakan dalam penelitian terhadap biografi, tulisan atau dokumen yang ada
hubungannya dengan individu yang akan diteliti. Berdasarkan dokumen tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan, bagaimana pendirian seseorang terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kaitan hubungannya dengan pengalaman
dan kesadaran agama.
2.
Kuesioner dan Wawancara
Metode
kuesioner maupun wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang
lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden. Kelebihan-kelebihan
metode ini adalah, yaitu :
a. Dapat memberikan kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang cepat
dan segera.
b. Hasilnya dapat dijadikan dokumen pribadi tentang seseorang serta
dapat pula dijadikan data nomotatik.
Dalam
penerapannya, metode kuesioner dan wawancara dilakukan dalam berbagai bentuk,
seperti berikut ini :
a)
Pengumpulan
Pendapat Masyarakat (Public Opinion Polls). Cara mendapatkan data melalui
pengumpulan pendapat masyarakat, data tersebut selanjutnya dikelompokkan sesuai
dengan klasifikasi yang sudah dibuat berdasarkan kepentingan penelitian.
b) Skala Penilaian (Rating Scale). Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data tentang faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan khas dalam
diri seseorang berdasarkan pengaruh tempat dan kelompok.
c) Tes (Test). Digunakan
dalam upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan seseorang dalam kondisi
tertentu dan bentuk tes sudah disusun secara sistematis.
d) Eksperimen. Digunakan untuk mempelajari sikap dan tingkah laku keagamaan
seseorang melalui perlakuan khusus yang sengaja dibuat.
e) Observasi melalui
Pendekatan Sosiologi dan Antropologi (Sociological and Anthropological
Observation). Dilakukan dengan menggunakan data sosiologi dengan mempelajari
sifat-sifat manusiawi perorangan atau kelompok, unsur-unsur budaya dan benda
spiritual yang dinilai ada hubungan dengan agama.
f) Studi Agama
berdasarkan Pendekatan Antropologi Budaya. Digunakan dengan membandingkan
antara tindak keagamaan dengan menggunakan pendekatan psikologi untuk
mengetahui tolak ukur suatu kebudayaan dengan pendekatan psikologi.
g) Pendekatan
terhadap Perkembangan (Development Approach). Digunakan untuk meneliti
mengenai asal-usul dan perkembangan aspek psikologi manusia dalam hubungannya
dengan agama yang dianutnya.
h) Metode Klinis dan Proyektivitas (Clinical Method and Projectivity
Technique). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengamatan
terhadap seseorang untuk usaha penyembuhan secara klinis. Penyembuhan dilakukan
dengan cara menyelaraskan hubungan antara jiwa dengan agama.
i) Metode Umum
Proyektivitas. Penelitian dengan cara menyadarkan sejumlah masalah yang
mengandung makna tertentu. Peneliti memperhatikan reaksi yang muncul dari
responden untuk menafsirkan gejala-gejala yang diteliti.
j) Apersepsi
Nomotatik (Nomothatic Apperception). Pemberian gambaran dan bentuk samar kepada seseorang
yang diharapkan dapat membantu seseorang tersebut membentuk ide baru yang dapat
digunakan sebagai bahan informasi bagi penelitian.
k) Studi Kasus
(Case Study). Dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen, catatan, hasil
wawancara atau lainnya untuk kasus-kasus tertentu. Metode ini dapat digunakan
sebagai bahan penyembuhan, menanamkan pengertian, menggambarkan masalah yang
berhubungan dengan psikologi, hingga penggolongan dan penyimpulan mengenai
kasus-kasus tertentu.
l) Survei. Digunakan
untuk penelitian sosial, metode ini dapat digunakan untuk tujuan penggolongan
manusia dalam hubungannya dengan pembentukan organisasi dalam masyarakat.
Metode
kuesioner wawancara dengan berbagai tekniknya seperti dikemukakan di atas,
biasanya digunakan untuk tujuan-tujuan seperti :
1) Untuk
mengetahui latar belakang keyakinan agama.
2) Untuk
mengetahui bentuk hubungan manusia dengan Tuhannya.
3) Untuk
mengetahui dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi.
Penggunaan metode-metode dalam penelitian
psikologi agama sebenarnya dapat dilakukan dengan beragam, tergantung kepada
kepentingan dan jenis data yang akan dikumpulkan. Dengan banyaknya metode yang
mungkin digunakan, terlihat bahwa metode yang dipakai dalam penelitian
psikologi agama tidak berbeda dengan metode yang dipakai dalam penelitian
ilmiah dalam cabang ilmu pengetahuan lain.
C.
Teori
Tentang Sumber Kejiwaan Agama
Pada dasarnya kebutuhan manusia bukan hanya
sekedar kebutuhan jasmaniah, namun kebutuhan rohaniah sangat besar dan
berpengaruh dalam kehidupan manusia. Manusia ingin mengabdikan dirinya kepada
Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan
tertinggi. Berikut beberapa teori yang mengangkat sumber kejiwaan agama antara
lain :
1.
Teori Monistik
Teori
monistik berpendapat bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah satu
sumber kejiwaan, beberapa pendapat yang dikemukakan oleh :
a. Thomas van Aquino. Pendapatnya bahwa yang menjadi sumber
kejiwaan agama itu adalah berpikir. Manusia ber-Tuhan karena manusia
menggunakan kemampuan berpikirnya, kehidupan beragama merupakan refleksi dari
kehidupan berpikir manusia itu sendiri.
b. Frederick Hegel. Pendapatnya bahwa agama adalah suatu
pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi, agama
semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
c. Frederick Schleimacher. Pendapatnya bahwa yang menjadi sumber
keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak, dengan adanya rasa
tersebut itu manusia merasakan dirinya lemah. Kelemahan ini menyebabkan manusia
selalu tergantung hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada di luar dirinya
dan yang paling kuasa tertinggi.
d. Rudolf Otto. Menurutnya bahwa sumber kejiwaan agama adalah rasa kagum yang
berasal dari “hal yang lain sekali”. Perasaan semacam itulah yang menimbulkan
rasa keagamaan sebagai sumber dari kejiwaan agama pada manusia, nominous adalah sumber kejiwaan yang
esensial.
e. Sigmund Freud. Pendapatnya bahwa unsur kejiwaan yang menjadi
sumber kejiwaan agama adalah libido
sexuil (naluri seksual). Dari libido itu timbullah ide tentang ke-Tuhanan
dan upacara keagamaan setelah melalui proses karena rasa bersalah dan dosa.
1) Oedipoes Complex, yakni mitos Yunani kuno yang menceritakan
bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka oedipoes membunuh ayahnya.
Setelah ayah mereka mati, maka timbullah rasa bersalah (sense of guilt) pada diri anak-anak tersebut.
2) Father Image (citra bapak), setelah pembunuhan ayah mereka tersebut, mereka
terus dihantui rasa bersalah. Dari rasa bersalah inilah timbul suatu cara untuk
menebus kesalahan mereka dengan cara memuja arwah tersebut, sehingga
menimbulkan kebiasaan pemujaan dan penuhanan.
Jadi,
menurut Freud agama muncul dari ilusi (khayalan) manusia.
f. William Mac Dougall. Pendapatnya bahwa sumber kejiwaan agama
merupakan kumpulan dari beberapa instink. Pada diri manusia terdapat 14 macam
instink, maka agama muncul dari dorongan instink secara terintegrasi.
2.
Teori Fakulti
Teori ini
berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu faktor
tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain :
a.
Cipta (Reason), merupakan fungsi intelektual jiwa manusia.
b.
Rasa (Emotion), suatu tenaga dalam jiwa manusia untuk menunjang
cipta.
c.
Karsa (Will), merupakan fungsi eksekutif dalam jiwa manusia.
Ketiga hal
tersebut berfungsi, antara lain :
1) Cipta
(reason) berperan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran agama berdasarkan
pertimbangan intelek seseorang.
2) Rasa (emotion)
menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran
ajaran agama.
3) Karsa (will)
menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.
Beberapa
pemuka teori fakulti :
a. G.M. Straton. Pendapatnya tentang teori “konflik”, bahwa yang menjadi sumber
kejiwaan agama adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia. Seperti Sigmund
Freud berpendapat, bahwa dalam setiap organis terdapat dua konflik kejiwaan
yang mendasar, yaitu :
1) Life-urge ; ialah keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari
keadaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
2) Death-urge ; ialah keinginan untuk kembali pada keadaan semula sebagai
benda mati (anorganis).
Selanjutnya,
G.M. Straton berpendapat, konflik yang positif tergantung atas adanya dorongan
pokok yang merupakan dorongan dasar (basic-urge), sebagai keadaan timbulnya konflik
tersebut.
b. Zakiah Daradjat. Pendapatnya bahwa pada diri manusia itu
terdapat kebutuhan pokok selain jasmani dan rohani, manusia pun membutuhkan
keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan.
Unsur-unsur
kebutuhan yang dikemukakan yaitu :
1) Kebutuhan akan rasa kasih sayang, adalah
kebutuhan yang menyebabkan manusia mendambakan rasa kasih.
2) Kebutuhan akan rasa aman, merupakan kebutuhan yang mendorong manusia
mengharapkan adanya perlindungan.
3) Kebutuhan akan rasa harga diri, adalah kebutuhan yang bersifat
individual yang mendorong manusia agar dirinya dihormati dan diakui oleh orang
lain.
4) Kebutuhan akan rasa bebas, adalah kebutuhan yang menyebabkan seseorang
bertindak secara bebas untuk mencapai kondisi da situasi rasa lega.
5) Kebutuhan akan rasa sukses, merupakan kebutuhan manusia yang
menyebabkan ia mendambakan rasa keinginan untuk dibina dalam bentuk penghargaan
terhadap hasil karyanya.
6) Kebutuhan akan rasa ingin tahu (mengenal), adalah
kebutuhan yang menyebabkan manusia selalu meneliti dan menyelidiki sesuatu.
Menurut Dr.
Zakiah Daradjat, gabungan dari keenam macam kebutuhan tersebut menyebabkan
orang memerlukan agama. Dengan melaksanakan ajaran agama secara baik, maka
kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas, rasa
sukses, dan rasa ingin tahu akan terpenuhi.
c. W.H. Thomas. Melalui teori The Four
Wishes-nya ia mengemukakah, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah
empat macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu :
1) Keinginan untuk keselamatan (security). Keinginan
ini untuk memperoleh perlindungan atau penyelamatan dirinya baik berbentuk
biologis maupun non-biologis.
2) Keinginan untuk mendapatkan penghargaan (recognation). Keinginan
ini merupakan dorongan yang menyebabkan manusia mendambakan adanya rasa ingin
dihargai dan dikenal orang lain.
3) Keinginan untuk ditanggapi (response). Keinginan
ini menimbulkan rasa ingin mencinta dan di cinta dalam pergaulan.
4) Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru (new experience). Keinginan ini menyebabkan manusia
mengeksplorasi dirinya untuk mengenal sekelilingnya dan mengembangkan dirinya.
Didasarkan
atas keempat keinginan dasar itulah pada umumnya manusia menganut agama menurut
W.H. Thomas. Melalui ajaran agama yang teratur, maka keempat keinginan dasar
itu akan tersalurkan. Dengan menyembah dan mengabdikan diri kepada Tuhan,
keinginan untuk keselamatan akan terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar