SAATNYA DAN SELAYAKNYA ANDA MENGETAHUI

Senin, 26 November 2012

Psikologi Dalam Agama : Metode & Kejiwaan Keagamaan

A.     Pengertian Psikologi Agama
     Psikologi agama menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab (Jalaluddin, et al 1979:77). Menurut Robert H. Thouless (1992:3), psikologi sekarang dipergunakan secara umum untuk ilmu tentang tingkah laku dan pengalaman manusia.
      Agama adalah sebagai bentuk keyakinan, walau sulit didefinisikan dengan tulisan, secara definitif menurut Harun Nasution, agama adalah :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3.  Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4.   Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5.   Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib di luar kemampuan manusia.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7.  Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul (Harun Nasution:10).
     
    Selanjutnya Harun Nasution merumuskan empat unsur yang terdapat dalam agama, yaitu :
a.  Kekuatan gaib, yang diyakini berada di atas kekuatan manusia. Di dorong oleh kelemahan dan keterbatasannya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Sebagai realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah dan larangan kekuatan gaib tersebut.
b. Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia. Dengan demikian manusia berusaha untuk menjaga hubungan baik ini agar kesejahteraan dan kebahagiaannya terpelihara.
c. Respons yang bersifat emosional dari manusia. Respons ini dalam realisasinya terlihat dalam bentuk penyembahan karena di dorong oleh perasaan takut (agama primitif) atau pemujaan oleh manusia yang di dorong oleh perasaan cinta (monoteisme), serta bentuk cara hidup tertentu bagi penganutnya.
d.  Paham akan adanya yang kudus (sacred) dan suci. Sesuatu yang kudus dan suci ini adakalanya berupa kekuatan gaib, kitab yang berisi ajaran agama, maupun tempat-tempat tertentu (Harun Nasution:11).
     
    Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat (1970:11), psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di samping itu, psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
     Psikologi agama dengan demikian merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi. Jadi penelaahan tersebut merupakan kajian empiris.

B.     Metode-Metode dalam Psikologi Agama
     Psikologi agama memiliki metode penelitian ilmiah, namun karena agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan batin yang sangat mendalam, maka masalah agama sulit untuk diteliti secara seksama, terlepas dari pengaruh-pengaruh subjektivitas.
     Dalam meneliti ilmu jiwa agama menggunakan sejumlah metode, antara lain sebagai berikut :
1.    Dokumen Pribadi (Personal Document)
Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan kehidupan batin seseorang dalam hubungannya dengan agama. Mengumpulkan informasi tentang seseorang berupa autobiografi, biografi, tulisan ataupun catatan-catatan yang dibuatnya. Selain itu juga digunakan daftar pertanyaan kepada orang-orang yang akan diteliti.
Dalam penerapannya, metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai cara atau teknik-teknik tertentu. Di antara yang banyak digunakan adalah :
a.    Teknik Nomotatik
Nomotatik merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami tabiat atau sifat-sifat dasar manusia dengan cara mencoba menetapkan ketentuan umum dari hubungan antara sikap dan kondisi-kondisi yang dianggap sebagai penyebab terjadinya sikap tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari perbedaan-perbedaan individu, individu memiliki sifat dasar yang secara umum sama, perbedaan masing-masing hanya dalam derajat atau tingkatan saja.
Nomotatik yang digunakan dalam studi tentang kepribadian adalah mengukur perangkat sifat seperti, kejujuran, ketekunan, dan kepasrahan sejumlah individu dalam suatu kelompok. Sikap individu tergantung dari situasi yang dihadapinya, namun dalam sikap yang ditampilkan terlihat adanya sifat-sifat dasar manusia secara umum.
Nomotatik membantu dalam penelitian psikologi agama, antara lain untuk melihat sejauh mana hubungan sifat dasar manusia dengan sikap keagamaan yang dimilikinya.
b.    Teknik Analisis Nilai (Value Analysis)
Teknik ini digunakan dengan dukungan analisis statistik, data yang terkumpul diklasifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan penilaian terhadap individu yang diteliti. Teknik statistik digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa ada sejumlah pengalaman keagamaan yang dapat dibahas dengan menggunakan bantuan ilmu eksakta, terutama dalam mencari hubungan antara sejumlah variabel.
c.     Teknik Idiography
Merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami sifat-sifat dasar manusia yang dipusatkan pada hubungan antara sifat dasar manusia dengan keadaan tertentu dan aspek-aspek kepribadian yang menjadi ciri khas masing-masing individu dalam upaya untuk memahami seseorang. Ideografi sebagai pelengkap dari teknik nomotatik untuk mempelajari sifat-sifat dasar manusia secara individu yang berada dalam satu kelompok.
d.    Teknik Penilaian terhadap Sikap (Evaluation Attitudes Technique)
Teknik ini digunakan dalam penelitian terhadap biografi, tulisan atau dokumen yang ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti. Berdasarkan dokumen tersebut, kemudian ditarik kesimpulan, bagaimana pendirian seseorang terhadap persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kaitan hubungannya dengan pengalaman dan kesadaran agama.

2.    Kuesioner dan Wawancara
Metode kuesioner maupun wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden. Kelebihan-kelebihan metode ini adalah, yaitu :
a. Dapat memberikan kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang cepat dan segera.
b. Hasilnya dapat dijadikan dokumen pribadi tentang seseorang serta dapat pula dijadikan data nomotatik.
Dalam penerapannya, metode kuesioner dan wawancara dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti berikut ini :
a)  Pengumpulan Pendapat Masyarakat (Public Opinion Polls). Cara mendapatkan data melalui pengumpulan pendapat masyarakat, data tersebut selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi yang sudah dibuat berdasarkan kepentingan penelitian.
b) Skala Penilaian (Rating Scale). Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan khas dalam diri seseorang berdasarkan pengaruh tempat dan kelompok.
c)  Tes (Test). Digunakan dalam upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan seseorang dalam kondisi tertentu dan bentuk tes sudah disusun secara sistematis.
d) Eksperimen. Digunakan untuk mempelajari sikap dan tingkah laku keagamaan seseorang melalui perlakuan khusus yang sengaja dibuat.
e) Observasi melalui Pendekatan Sosiologi dan Antropologi (Sociological and Anthropological Observation). Dilakukan dengan menggunakan data sosiologi dengan mempelajari sifat-sifat manusiawi perorangan atau kelompok, unsur-unsur budaya dan benda spiritual yang dinilai ada hubungan dengan agama.
f)   Studi Agama berdasarkan Pendekatan Antropologi Budaya. Digunakan dengan membandingkan antara tindak keagamaan dengan menggunakan pendekatan psikologi untuk mengetahui tolak ukur suatu kebudayaan dengan pendekatan psikologi.
g)  Pendekatan terhadap Perkembangan (Development Approach). Digunakan untuk meneliti mengenai asal-usul dan perkembangan aspek psikologi manusia dalam hubungannya dengan agama yang dianutnya.
h) Metode Klinis dan Proyektivitas (Clinical Method and Projectivity Technique). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengamatan terhadap seseorang untuk usaha penyembuhan secara klinis. Penyembuhan dilakukan dengan cara menyelaraskan hubungan antara jiwa dengan agama.
i) Metode Umum Proyektivitas. Penelitian dengan cara menyadarkan sejumlah masalah yang mengandung makna tertentu. Peneliti memperhatikan reaksi yang muncul dari responden untuk menafsirkan gejala-gejala yang diteliti.
j) Apersepsi Nomotatik (Nomothatic Apperception). Pemberian gambaran dan bentuk samar kepada seseorang yang diharapkan dapat membantu seseorang tersebut membentuk ide baru yang dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi penelitian.
k) Studi Kasus (Case Study). Dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen, catatan, hasil wawancara atau lainnya untuk kasus-kasus tertentu. Metode ini dapat digunakan sebagai bahan penyembuhan, menanamkan pengertian, menggambarkan masalah yang berhubungan dengan psikologi, hingga penggolongan dan penyimpulan mengenai kasus-kasus tertentu.
l)  Survei. Digunakan untuk penelitian sosial, metode ini dapat digunakan untuk tujuan penggolongan manusia dalam hubungannya dengan pembentukan organisasi dalam masyarakat.

Metode kuesioner wawancara dengan berbagai tekniknya seperti dikemukakan di atas, biasanya digunakan untuk tujuan-tujuan seperti :
1)  Untuk mengetahui latar belakang keyakinan agama.
2)  Untuk mengetahui bentuk hubungan manusia dengan Tuhannya.
3)  Untuk mengetahui dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi.
   
   Penggunaan metode-metode dalam penelitian psikologi agama sebenarnya dapat dilakukan dengan beragam, tergantung kepada kepentingan dan jenis data yang akan dikumpulkan. Dengan banyaknya metode yang mungkin digunakan, terlihat bahwa metode yang dipakai dalam penelitian psikologi agama tidak berbeda dengan metode yang dipakai dalam penelitian ilmiah dalam cabang ilmu pengetahuan lain.

C.      Teori Tentang Sumber Kejiwaan Agama
     Pada dasarnya kebutuhan manusia bukan hanya sekedar kebutuhan jasmaniah, namun kebutuhan rohaniah sangat besar dan berpengaruh dalam kehidupan manusia. Manusia ingin mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan tertinggi. Berikut beberapa teori yang mengangkat sumber kejiwaan agama antara lain :
1.    Teori Monistik
Teori monistik berpendapat bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah satu sumber kejiwaan, beberapa pendapat yang dikemukakan oleh :
a.   Thomas van Aquino. Pendapatnya bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berpikir. Manusia ber-Tuhan karena manusia menggunakan kemampuan berpikirnya, kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berpikir manusia itu sendiri.
b.   Frederick Hegel. Pendapatnya bahwa agama adalah suatu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi, agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
c.    Frederick Schleimacher. Pendapatnya bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak, dengan adanya rasa tersebut itu manusia merasakan dirinya lemah. Kelemahan ini menyebabkan manusia selalu tergantung hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada di luar dirinya dan yang paling kuasa tertinggi.
d.   Rudolf Otto. Menurutnya bahwa sumber kejiwaan agama adalah rasa kagum yang berasal dari “hal yang lain sekali”. Perasaan semacam itulah yang menimbulkan rasa keagamaan sebagai sumber dari kejiwaan agama pada manusia, ­nominous adalah sumber kejiwaan yang esensial.
e.   Sigmund Freud. Pendapatnya bahwa unsur kejiwaan yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah ­libido sexuil (naluri seksual). Dari libido itu timbullah ide tentang ke-Tuhanan dan upacara keagamaan setelah melalui proses karena rasa bersalah dan dosa.
1)  Oedipoes Complex, yakni mitos Yunani kuno yang menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka oedipoes membunuh ayahnya. Setelah ayah mereka mati, maka timbullah rasa bersalah (sense of guilt) pada diri anak-anak tersebut.
2)  Father Image (citra bapak), setelah pembunuhan ayah mereka tersebut, mereka terus dihantui rasa bersalah. Dari rasa bersalah inilah timbul suatu cara untuk menebus kesalahan mereka dengan cara memuja arwah tersebut, sehingga menimbulkan kebiasaan pemujaan dan penuhanan.
Jadi, menurut Freud agama muncul dari ilusi (khayalan) manusia.
f.    William Mac Dougall. Pendapatnya bahwa sumber kejiwaan agama merupakan kumpulan dari beberapa instink. Pada diri manusia terdapat 14 macam instink, maka agama muncul dari dorongan instink secara terintegrasi.
2.    Teori Fakulti
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu faktor tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain :
a.    Cipta (Reason), merupakan fungsi intelektual jiwa manusia.
b.    Rasa (Emotion), suatu tenaga dalam jiwa manusia untuk menunjang cipta.
c.     Karsa (Will), merupakan fungsi eksekutif dalam jiwa manusia.
Ketiga hal tersebut berfungsi, antara lain :
1)  Cipta (reason) berperan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran agama berdasarkan pertimbangan intelek seseorang.
2)  Rasa (emotion) menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
3)  Karsa (will) menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.
Beberapa pemuka teori fakulti :
a.   G.M. Straton. Pendapatnya tentang teori “konflik”, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia. Seperti Sigmund Freud berpendapat, bahwa dalam setiap organis terdapat dua konflik kejiwaan yang mendasar, yaitu :
1)  Life-urge ; ialah keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari keadaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
2)  Death-urge ; ialah keinginan untuk kembali pada keadaan semula sebagai benda mati (anorganis).
Selanjutnya, G.M. Straton berpendapat, konflik yang positif tergantung atas adanya dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar (basic-urge), sebagai keadaan timbulnya konflik tersebut.
b.   Zakiah Daradjat. Pendapatnya bahwa pada diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok selain jasmani dan rohani, manusia pun membutuhkan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan.
Unsur-unsur kebutuhan yang dikemukakan yaitu :
1)  Kebutuhan akan rasa kasih sayang, adalah kebutuhan yang menyebabkan manusia mendambakan rasa kasih.
2)  Kebutuhan akan rasa aman, merupakan kebutuhan yang mendorong manusia mengharapkan adanya perlindungan.
3)  Kebutuhan akan rasa harga diri, adalah kebutuhan yang bersifat individual yang mendorong manusia agar dirinya dihormati dan diakui oleh orang lain.
4)  Kebutuhan akan rasa bebas, adalah kebutuhan yang menyebabkan seseorang bertindak secara bebas untuk mencapai kondisi da situasi rasa lega.
5)  Kebutuhan akan rasa sukses, merupakan kebutuhan manusia yang menyebabkan ia mendambakan rasa keinginan untuk dibina dalam bentuk penghargaan terhadap hasil karyanya.
6)  Kebutuhan akan rasa ingin tahu (mengenal), adalah kebutuhan yang menyebabkan manusia selalu meneliti dan menyelidiki sesuatu.
Menurut Dr. Zakiah Daradjat, gabungan dari keenam macam kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan agama. Dengan melaksanakan ajaran agama secara baik, maka kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas, rasa sukses, dan rasa ingin tahu akan terpenuhi.
c.    W.H. Thomas. Melalui teori The Four Wishes-nya ia mengemukakah, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu :
1)   Keinginan untuk keselamatan (security). Keinginan ini untuk memperoleh perlindungan atau penyelamatan dirinya baik berbentuk biologis maupun non-biologis.
2)   Keinginan untuk mendapatkan penghargaan (recognation). Keinginan ini merupakan dorongan yang menyebabkan manusia mendambakan adanya rasa ingin dihargai dan dikenal orang lain.
3)   Keinginan untuk ditanggapi (response). Keinginan ini menimbulkan rasa ingin mencinta dan di cinta dalam pergaulan.
4)   Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru (new experience).  Keinginan ini menyebabkan manusia mengeksplorasi dirinya untuk mengenal sekelilingnya dan mengembangkan dirinya.

Didasarkan atas keempat keinginan dasar itulah pada umumnya manusia menganut agama menurut W.H. Thomas. Melalui ajaran agama yang teratur, maka keempat keinginan dasar itu akan tersalurkan. Dengan menyembah dan mengabdikan diri kepada Tuhan, keinginan untuk keselamatan akan terpenuhi.

Tidak ada komentar: