SAATNYA DAN SELAYAKNYA ANDA MENGETAHUI

Kamis, 15 November 2012

Metode Penguatan dan Pengubahan Tingkah Laku Peserta Didik


MENGATASI PERILAKU PESERTA DIDIK YANG MENYIMPANG

Prinsip dasar dari teori belajar perilaku menunjukkan bahwa perilaku peserta didik yang bermasalah (menyimpang) di dalam kelas perlu diatasi melalui penggunaan berbagai penguatan (reinforcer). Perilaku menyimpang di sini berarti perilaku yang di luar moral dan etika peserta didik dalam proses belajar di kelas. Dalam hal ini kita harus dapat menerapkan bentuk penguatan yang sesuai dengan jenis perilaku menyimpang dari siswa itu sendiri. Bentuk penguatan yang umum terjadi di dalam kelas adalah berupa perhatian, yang berasal dari pihak guru dan atau sesama peserta didik (peer group).
Banyak macam-macam penguatan sekaligus persoalan yang kalau tidak diperhatikan atau digunakan dengan baik dapat mempengaruhi dan menyebabkan peserta didik berperilaku menyimpang di dalam kelas. Pertama adalah keinginan peserta didik untuk memperoleh perhatian dari guru (teacher's attention), kedua ialah untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan dari rekannya sesama peserta didik (peers' attention) , sedangkan yang ketiga merupakan upaya menghindar dan mencegah dari situasi kelas yang membosankan, monoton, kelelahan, atau jenis situasi lainnya yang kurang menyenangkan (release from unpleasant activities).
1.       Perhatian guru (teacher's attention)
·         Terkadang peserta didik berperilaku nyentrik atau menyimpang oleh karena ia ingin mendapat perhatian dari gurunya, jadi seorang pendidik memandang perilaku peserta didik yang aneh-aneh tersebut sebagai tindakan yang normal dan wajar.
·     Berikan perhatian kepada peserta didik yang mengerjakan tugas atau berperilaku baik dengan cara memberikan hadiah atau pujian yang tulus, sedangkan bila berperilaku sebaliknya abaikan atau pura-pura tidak memperhatikan peserta didik yang melakukan perbuatan tersebut.
·     Bila dengan cara mengabaikan peserta didik masih belum (kurang) berhasil, maka lakukan "time-out" atau “Punishment”, yaitu dengan ganjaran atau hukuman yang sifatnya edukatif dan menimbulkan efek jera seperti ; memberikan sanksi menulis, merangkum, atau sanksi-sanksi lain yang memiliki dasar untuk mendidik.

2.       Perhatian siswa (peers' attention)
·         Dorongan, dukungan, dan motivasi dari rekan-rekannya dapat membuat peserta didik berperilaku menyimpang, perilaku tersebut bisa muncul dikarenakan fantasi, impian, atau imajinasi yang tidak logis dari pemikiran peserta didik, perbuatan tersebut janganlah diabaikan dan dibiarkan karena akan dapat mempengaruhi pola pikir peserta didik lainnya.
·         Setidaknya ada dua cara dalam menghadapi peserta didik yang berperilaku aneh-aneh karena dukungan dari rekannya, yakni dengan memindahkan posisi atau tempat duduk peserta didik tersebut dari yang lainnya, sedangkan yang kedua adalah dengan menerapkan strategi "group contigencies" yaitu dengan cara menawarkan atau memberikan hadiah dan keuntungan (reward) yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh kelas berdasarkan sikap atau perilaku peserta didik yang diinginkan oleh guru. Bila ada seorang peserta didik saja melakukan kekeliruan maka dampaknya seluruh kelas tidak akan memperoleh hadiah tersebut. Misalnya, seluruh siswa akan memperoleh tambahan waktu istirahat 5 menit apabila tidak ada seorang siswa pun yang berbuat kesalahan di dalam kelas.

3.       Menghindari situasi tidak menyenangkan
·         Peserta didik yang merasa bosan, jenuh, lelah di dalam kelas dapat mendorongnya berperilaku menyimpang, hal tersebut sangat wajar dan guru wajib menanggapi hal tersebut dengan normal dan tidak berprasangka terhadap peserta didik.
·         Cara mengatasi masalah ini diantaranya memperbaiki strategi pembelajaran di kelas, misalnya dengan menggunakan metode belajar bersama (cooperative learning) yang membuat peserta didik terlibat secara aktif, langsung, dan dinamis dalam belajar. Misalnya, diskusi kelompok, pemecahan masalah, dan masih banyak yang lainnya.
·         Gunakan pula penghargaan dan atau hadiah-hadiah ringan misalnya dengan memberikan pujian dan sanjungan bagi peserta didik yang melakukan atau menanggapi tugas dengan baik. Akan tetapi cara ini kurang efektif bila diterapkan bagi peserta didik yang tingkat pencapaian tugasnya rendah (low-achieving student), pada kasus ini guru perlu memberikan bimbingan belajar yang khusus.

PRINSIP-PRINSIP MODIFIKASI PERILAKU
Modifikasi perilaku sejalan dengan strategi "group contingency" yang merupakan suatu strategi memodifikasi atau merubah perilaku siswa dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
Sekurang-kurang terdapat tiga indikasi diperlukannya menerapkan strategi modifikasi perilaku atau "group contigency" yaitu: bila dalam satu kelas masih terdapat beberapa siswa yang berperilaku menyimpang, kedua ketika perilaku menyimpang tersebut mendapat dukungan dari rekan-rekannya, serta apabila di dalam kelas terdapat banyak siswa yang rendah motivasinya maupun dalam penyelesaian tugas-tugasnya. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan strategi ini adalah sebagai berikut:
1.       Identifikasi sasaran perilaku (yang menyimpang) dan identifikasi bentuk penguatan.
Pada langkah ini guru perlu mengidentifikasi asal mula jenis-jenis perilaku menyimpang dan melihat kemungkinan menerapkan bentuk-bentuk penguatan dalam mengatasi perilaku tersebut. Misal, bila siswa menunjukkan kebolehannya bermain akrobat (sirkus) di dalam kelas, maka dapat disimpulkan bahwa perilakunya itu memperoleh dukungan dan rekan-rekannya. Sedangkan seandainya seorang siswa keluar kelas tanpa permisi atau sering menolak tugas tanpa terlebih dahulu berupaya untuk melakukannya, maka perilaku ini mengindikasikan siswa memerlukan lebih banyak perhatian guru.
2.       Menetapkan batasan dari perilaku menyimpang tersebut.
Hal ini dapat dilihat dari frekuensi perilaku menyimpang yang dilakukan siswa, misal berapa kali seorang siswa keluar ruangan tanpa permisi atau bila satu jenis perilaku siswa mengganggu rekan lainnya, maka perlu ditetapkan bentuk perilaku apa yang mengganggu tersebut (apakah berbisik-bisik, mengambil barang milik rekannya atau melakukan interupsi/menyela pembicaraan).
3.       Menentukan bentuk penguatan (reinforcer) dan kriteria pelaksanaan penguatan (reinforcement).
Bentuk penguatan haruslah konsisten diberikan terhadap perilaku siswa yang baik (sesuai harapan) pada saat permulaan dari program modifikasi perilaku ini. Kemudian pemberian penguatan itu dikurangi secara bertahap tatkala perkembangan perilakunya sudah dapat dinilai meningkat lebih baik. Dalam program modifikasi perilaku ini hukuman (punishment) sedapat mungkin dihindari, karena hanya membuat situasi menjadi tidak kondusif bagi tercapainya suasana kelas yang menyenangkan. Hukuman hanya dilakukan dalam kondisi terpaksa dan tak ada jalan lain lagi untuk mengatasi masalah perilaku tersebut.
4.       Menentukan bentuk hukuman dan kriteria pelaksanaan hukuman, bila diperlukan.
Apabila masalah perilaku siswa cukup serius/berat, sedangkan program penguatan yang telah dirancang sedemikian rupa masih belum efektif, maka tidak ada jalan lain dalam mengatasinya kecuali menerapkan bentuk hukuman (punishment). Bentuk hukuman merupakan stimulus yang tidak menyenangkan yang setiap individu berusaha untuk menghindarinya. Namun demikian agar pelaksanaan hukuman berjalan efektif dan cukup manusiawi maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1)Gunakan hukuman secara ketat/terbatas dan seperlunya (tidak royal),(2) Jelaskan kepada siswa kenapa ia memperoleh hukuman seperti itu, (3) Sediakan pula jalan alternatif bagi siswa dalam memperoleh penguatan (untuk menjauhi hukuman),(4) Berikan penguatan dan hukuman secara proporsional, misal beri hukuman ketika siswa tidak menyelesaikan tugas sementara itu beri penguatan ketika siswa berhasil melaksanakan tugasnya, (5) Hindari bentuk-bentuk hukuman fisik,(6) Sesegeralah memebrikan hukuman sewaktu perilaku menyimpang tersebut mulai terjadi, jangan dibiarkan terlalu lama baru diberikan hukuman.
5.       Mengamati perilaku yang terjadi selama kegiatan implementasi strategi modifikasi perilaku dan membandingkannya dengan batasan perilaku menyimpang yang telah ditetapkan.
Pada langkah ini perlu kiranya mengukur efektivitas dari program modifikasi ini. Biasanya program ini dapat membuahkan hasil yang baik setelah beberapa hari dilakukan. Apabila setelah seminggu belum juga menunjukkan hasil positif, maka perlu dipertimbangkan cara/sistem atau bentuk penguatan lainnya.
Tatkala program modifikasi perilaku laku ini berjalan dengan baik, maka kurangi sedikit demi sedikit frekuensi/aktivitas pelaksanaan penguatan. Sekali program modifikasi dilaksanakan dan perilaku para siswa meningkat dengan baik serta stabil pada tingkat tertentu, frekuensi pemberian penguatan pun bisa mulai dikurangi. Awalnya, penguatan diberikan pada setiap kasus (kejadian), kemudian seiring dengan berjalannya waktu penguatan diberikan lagi terhadap kasus lainnya. Setelah itu penguatan diberikan setiap terjadi beberapa kasus. Dengan mengurangi penguatan memungkinkan perilaku baru yang telah terbentuk tersebut dapat berlangsung lama dan bisa memperluas perilakunya itu dalam situasi (setting) yang berlainan.

Tidak ada komentar: