SAATNYA DAN SELAYAKNYA ANDA MENGETAHUI

Minggu, 07 Oktober 2012

Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri merupakan salah satu aspek perkembangan psikososial peserta didik yang penting dipahami oleh seorang guru. Hal ini karena konsep diri merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam proses pendidikan. Banyak bukti yang menguatkan bahwa rendahnya prestasi dan motivasi belajar siswa serta terjadinya penyimpangan-penyimpangan perilaku di kelas banyak disebabkan oleh persepsi dan sikap negatif siswa terhadap diri sendiri.


Pengertian Konsep Diri
            Sebagai sebuah konstruksi psikologi, konsep diri didefinisikan secara berbeda oleh para ahli. Seifert dan Hoffnung (1994), mendefinisikan konsep diri sebagai suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri. Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Atwater juga mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
            Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Pemily (dalam Atwater; 1984), mendefinisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks dari keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai, dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya, kegagalannya, dan lainnya. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.
            Konsep diri dapat digambarkan sebagai sistem operasi yang menjalankan komputer mental yang memengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan. Karena dengan konsep diri yang baik, seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta bersikap dan berpikir secara positif.
Konsep Diri dan Harga Diri
            Dalam kajian psikologi perkembangan, sering dijumpai istilah “ harga diri “ (self-esteem) di samping istilah “ konsep diri “ (self-concept). Sejumlah ahli mengatakan bahwa kedua istilah tersebut tidak sama, meskipun mempunyai hubungan. Menurut Santrock (1998), self-esteem adalah dimensi penilaian yang menyeluruh dari diri. Self-esteem juga sering disebut dengan self-worth atau self-image. Sedangkan, self-concept adalah penilaian terhadap domain yang spesifik.
            Jadi, harga diri adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Evaluasi individu tersebut terlihat dari penghargaan yang ia berikan terhadap eksistensi dirinya. Individu yang memiliki harga diri positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya serta tidak cepat-cepat menyalahkan diri sendiri atas kekurangan atau ketidaksempurnaan dirinya, selalu merasa puas dan bangga dengan hasil karyanya sendiri dan selalu percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan.

Dimensi Konsep Diri
            Secara umum para ahli menyebutkan ada tiga dimensi konsep diri. Calhoun dan Acocella (1990) menyebutkan dimensi konsep diri, yaitu ; dimensi pengetahuan, dimensi pengharapan, dimensi penilaian. Paul J. Centi (1993) menyebutkan ketiga dimensi konsep diri dengan istilah ; dimensi gambaran diri (self-image), dimensi penilaian diri (self-evaluation), dan dimensi cita-cita diri (self-ideal). Sebagian ahli lain menyebutkan dengan istilah ; citra diri, harga diri, diri ideal.
            Pengetahuan. Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan diri yang akan memberikan gambaran tentang diri. Gambaran diri nantinya akan membentuk citra diri, gambaran diri merupakan simpulan dari ; pandangan kita dalam berbagai peran yang kita pegang, pandangan kita tentang watak kepribadian yang kita rasakan ada pada diri kita, pandangan kita tentang sikap yang ada pada diri kita, kemampuan yang dimiliki, kecakapan yang dikuasai, dan karakteristik lainnya yang melekat pada diri kita. Singkatnya, dimensi pengetahuan (kognitif) dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi, seperti “ saya pintar”, “ saya cantik”, “ saya anak baik”, dan seterusnya.
            Persepsi kita tentang diri sering kali tidak sama dengan kenyataan adanya diri yang sebenarnya. Penglihatan tentang diri hanyalah merupakan rumusan, definisi atau subjektif pribadi kita terhadap diri sendiri, penglihatan tersebut dapat sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan diri kita yang sesungguhnya. Kecenderungan individu apabila di hadapan orang lain atau masyarakat sering kali berusaha menyembunyikan segi-segi tertentu dari diri kita untuk menciptakan kesan yang lebih baik. Akibatnya, di mata orang lain kita kerap tidak tampak sebagaimana kita melihat diri sendiri (Centi, 1993). Gambaran yang kita berikan tentang diri sendiri juga tidak bersifat permanen, terutama gambaran yang menyangkut kualitas diri kita dengan membandingkan dengan kualitas diri dalam suatu kelompok tertentu. Misalnya “ aku pintar” dalam cakupan tertentu, dalam cakupan yang lebih luas gambaran diri bisa berubah karena perbedaan kualitas diri orang lain.
            Harapan. Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-citakan di masa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi “ apa” diri kita di masa mendatang. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan. Cita-cita diri (self-ideal) terdiri atas dambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti apa yang kita inginkan.
            Harapan atau cita-cita diri anda akan membangkitkan kekuatan yang mendorong anda menuju masa depan dan akan memandu aktivitas anda dalam perjalanan hidup anda. Apapun standar diri ideal yang anda tetapkan, sadar atau tidak anda senantiasa berusaha untuk dapat memenuhinya. Oleh sebab itu, dalam menetapkan standar diri ideal haruslah lebih realistis, sesuai dengan potensi atau kemampuan diri yang dimiliki, tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah.
            Penilaian. Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan ; 1) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa), 2) standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa). Singkatnya, dapat dipahami bahwa penilaian akan membentuk penerimaan terhadap diri (self-acceptance), serta harga diri (self-esteem) seseorang.
            Menurut Centi (1993), meski kita dapat memandang diri sebagai amat berharga atau sama sekali tak berharga, biasanya kita senang dengan beberapa ciri atau sikap yang kita miliki, dan tidak senang dengan beberapa ciri dan sikap yang lain. Cara melihat diri kita sebagai memiliki ciri-ciri positif dan negatif tersebut merupakan titik awal untuk menilai diri kita apa adanya, secara realistis.
            Ketiga dimensi konsep diri sebagaimana diuraikan di atas bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Konsep diri kita memang tidak pernah tersusun secara jelas dan stabil. Pemahaman diri selalu berubah-ubah, mengikuti perubahan pengalaman yang terjadi hampir setiap hari.

Konsep Diri dan Perilaku
            Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya. Artinya, perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Menurut Felker (1974), terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu :
            Pertama, self-concept as maintainer of inner consistency. Konsep diri memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang. Bila individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk dapat menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu akan mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian antara individu dengan lingkungannya. Individu berusaha mengubah dirinya seperti apa yang diungkapkan lingkungan sebagai cara untuk menjelaskan kesesuaian dirinya dengan lingkungannya.
            Kedua, self-concept as an interpretation of experience. Konsep diri menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya. Seluruh kejadian dan pandangan individu terhadap dirinya sangat memengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya. Penafsiran positif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap dirinya.
            Ketiga, self-concept as set of expectations. Konsep diri juga berperan sebagai penentu pengharapan individu. McCandless, sebagaimana dikutip Felker (1974) menyebutkan bahwa konsep diri terdapat dalam seperangkat harapan-harapan dan evaluasi terhadap perilaku yang merujuk pada harapan-harapan tersebut. Apa yang anda ucapkan tentang diri anda mengenai hal yang akan anda lakukan, itulah cerminan harapan-harapan anda, dan harapan-harapan itu akan menjadi pandangan anda dalam berperilaku.

Konsep Diri dan Prestasi Belajar
            Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (1972), mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah. Peserta didik yang memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, menunjukkan hubungan antarpribadi yang positif, dapat menentukan target belajar yang realistis, serta memiliki kemandirian dalam belajar, sehingga tidak bergantung kepada guru semata.
            Siswa yang berprestasi tinggi cenderung memiliki konsep diri yang berbeda dengan siswa yang berprestasi rendah. Siswa yang berprestasi rendah akan memandang diri mereka sebagai orang yang tidak mempunyai kemampuan dan kurang dapat melakukan penyesuaian diri yang kuat dengan siswa lain. Siswa yang memandang dirinya negatif, akan menganggap keberhasilan yang dicapai karena faktor keberuntungan saja. Lain halnya dengan siswa yang memandang dirinya positif, akan menganggap keberhasilan sebagai hasil kerja keras dan karena faktor kemampuannya.